Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebatang Kara di tengah gurun




    Jazirah Arab bagaikan ubun-ubun gundul diatas kepala bumi.Tak ada rambut sama sekali sehingga kutu atau binatang kecil lainnya pun tidak ada yang hidup.


Begitulah keadaan semenanjung arab,tak ada pepohonan,sehingga jangankan manusia,hewan pun tak ada. Sebab,air sebagai jantung kehidupan tidak terdapat di gurun pasir itu. Tak ada seorangpun tinggal bukan karena tidak ada air saja,melainkan cuaca disana sangat ekstrem. Saat siang,serpihan kecil bebatuan yang tersirami cahaya matahari itu sangat panas. Sebaliknya waktu malam,angin berlari kencang tak ada bebukitan yang mampu menahannya,sehingga cuaca sangat dingin. Siapapun mencoba tinggal di sana,maka cepat atau lambat akan mati kehausan,kepanasan,kedinginan. Meskipun ubun-ubun kepala bumi itu plontos,tapi di sekelilingnya tumbuh rambut pepohonan,di sekitar lembah itu ada kehidupan manusia.Di sebelah timur terdapat kerajaan Babilonia,Asyur,dan Persia. Dan di sebelah barat ada negeri Mesir,Libo,dan Kartago. Dan di sebelah utara ada kerajaan bangsa Het,Tadmur,dan Romawi.Namun,kerajaan demi kerajaan itu datang silih berganti tak ada yang abadi. Sedangkan hamparan gurun tersebut masih seperti semula tak ada perubahan. Di tanah tandus inilah justru Allah SWT menjadikan sebagai pentas drama kehidupan manusia yang akan mengubah dunia.


Di panggung kehidupan itu,dari sebelah utara ada 2 ekor unta yang berjalan beriringan membawa seorang laki-laki dan perempuan serta bayi kecil yang masih disusui. Lelaki ini adalah Ibrahim (Abu al-Anbiya). Adapun perempuan yang bersamanya adalah Hajar,istri keduanya yang berasal dari Mesir,yang sebelumnya merupakan pelayannya. Sedangkan bayi kecil itu adalah anak mereka yang bernama Ismail. Senyapnya perjalanan membuat pikiran Ibrahim dan Hajar merasa takut dan cemas akan bahaya yang mungkin saja datang menghampiri mereka. Baca Juga : Rahasia di balik Surban


Meskipun nabi ibrahim AS sudah berumur,beliau masih sangat menginginkan buah hati dari istri pertamanya sarah yang sampai saat itu belum dianugerahkan seorang anak,sampai sarah mengizinkan beliau untuk menikahi budak perempuan mereka yaitu hajar menjadi istri keduanya supaya dikarunia seorang anak padahal nabi ibrahim sudah sangat tua.dia tidak dapat menahan rasa bahagianya sehingga ekspresinya terlihat jelas oleh sarah,api cemburu pun membakar hati sarah terhadap hajar budaknya dan ismail AS


Nabi Ibrahim membawa buah hatinya ismail kecil beserta ibunya Hajar jauh dari negeri Palestina menuju negeri yang tak berpenghuni dan jauh dari peradaban. Dia lalu meninggalkannya di tengah gurun tandus itu.sedangkan nabi ibrahim kembali ke tanah palestina tanpa kedua orang yang ia sayangi. Timbul pertanyaan di benak kita,kenapa tanah hampa yang di pilih oleh nabi ibrahim AS?apakah tidak cukup dengan membuat rumah yang jauh dari sarah dan masih terasa di palestina?bagaimana bisa beliau merelakan buah hatinya terdampar di tengah gurun yang mengerikan?


 Akan tetapi hajar tanggap,dia langsung menanyakan kenapa suaminya meninggalkannya “apakah Allah yang menyuruhmu wahai Nabi Ibrahim” ia pun menjawab “iya benar” lalu hajar berkata “kalau demikian,Allah tidak akan menelantarkan kami”.jadi kepergian nabi ibrahim AS tidak ada hubungannya dengan kecemburuan sarah atau alasan lain,melainkan hanya perintah Allah kepada nya,dari luar memang terlihat sulit dan sukar tapi hakikatnya itu merupakan rahmat dan hikmah yang tinggi serta kemaslahatan manusia


Sungguh diluar jangkauan manusia di ketika terik matahari di atas gurun yang gersang dan kering berubah menjadi payung pelindung bagi ismail kecil dan ibunya hajar dengan kekuasaan Allah,jangan maut rasa lapar dan dahaga enggan menghampiri mereka,karena Allah semata yang menjaga mereka.ismail kecil menghentak-hentak kakinya ke atas batu tiba-tiba mata air pun memancar deras dari tanah yang tandus,air pun mengalir tanpa henti lalu mata air itu disebut dengan “zam-zam”.padahal ibunya tengah berlari terengah-engah bolak balik sebanyak 7 kali dari bukit safa ke marwa,demi mencari mata air tapi tidak juga berhasil dan hampir putus asa lalu akhirnya hajar menadahkan kedua tangannya seraya berdoa kepada Allah agar ismail buah hatinya tidak mati kehausan,


Maha besar Allah mata air pun mengalir dari tempat yang tak disangka di tengah gurun kering yang penuh bebatuan dan tanah gersang di sekitaran sumur zam-zam segera berubah menjadi hijau. nan jauh di sana,suku badui jurhum sedang mengembara di tengah gurun,perjalanan itu membawa mereka menuju  arah mata air yang lantas bermukim di sana di sekitar zam-zam di tengah keramaian manusia maka doa nabi ibrahim dalam Al-quran surat ibrahim ayat 37


“ya tuhan kami,sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tak mempunyai tanaman,di dekat rumah engkau (baitullah) yang dihormati.ya tuhan kami(yang demikian itu)agar mereka mendirikan shalat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezeki lah mereka dari buah-buahan.mudah-mudahan mereka bersyukur”

Dan nabi ibrahim AS kembali ke tanah airnya palestina dengan penuh harap lalu bermunajat kepada tuhannya


“ya tuhan kami,utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan ayat-ayat engkau dan mengajarkan mereka al-kitab(al-quran) dan al-hikmah(sunnah) serta mensucikan mereka,sesungguhnya engkaulah yang maha perkasa lagi maha bijaksana” Q.S. Al-Baqarah:129



   @tawar_diansyah01

(tgk bintang) kelas 3e