Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TIDAK ADA DI SISI SAKARATUL MAUT IBU



Hasan  adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibu bapaknya .Semenjak kepergian ayahnya,dia semakin berbakti kepada ibunya, karena ibunya adalah orang tua satu-satunya yang dia punya di dunia selain ayahnya.Hasan sekarang duduk di kelas tiga SMA, dia berkeinginan apabila menamatkan SMA nanti akan kuliah di Universitas Amerika.

Hasan selalu membantu ibunya di pasar untuk berjualan ketika pulang dari sekolah dia langsung mengganti baju dan menuju ke pasar,ia tidak pernah sempat bermain dengan temannya karena sibuk di pasar.Pernah suatu hari temannya menyindirnya,karena semua teman sekelasnya sudah punya pacar ,tetapi hasan sendiri yang masih jomblo,namun Hasan tidak meragukan apa yang dikatakan temannya.

Tibalah hari kelulusan SMA di sekolahnya SMA 01 Cirebon.Para wali murid kelas tiga diundang untuk menghadiri acara perpisahan, acara tersebut berjalan dengan lancar, tibalah waktu pengumuman siswa\i terbaik dan terdisiplin di sekolah yang akan mendapat beasiswa kuliah di universitas luar negeri sampai lulus S3,naiklah kepala sekolah ke panggung untuk memberi pengumuman tersebut.Seluruh murid dan wali murid mendengarkan siapakah yang akan mendapat beasiswa tersebut.Para murid mengharapkan agar merekalah orangnya ,begitu juga para orang tua mengharapkan anak mereka yang mendapatkannya.

Diantara banyak siswa tersebut, dipanggillah nama Hassanurrusli sebagai siswa terbaik dan terdisiplin yang akan mendapat beasiswa keluar negeri,ibunya pun mendengr namanya di panggil,seketika air mata meleleh mebasahi kedua pipinya.

Sebulan sebelum keberangkatan Hasan ke Amerika, ibunya mengajak ke pengajian di mesjid raya di kampungnya.Debgab sebabg hati Hasan mau dan menurut, namun Hasan dan ibunya datang terlambat ke pengajian tersebut, sesampainya di sana Hasan terkejut saat melihat anak seusianya sudah mapu mengisi pengajian di Mesjid raya, sedangkan ia menjadi imam di rumah saja belum bisa, karena itu dia sangat malu pada dirinya sendiri.Selesai pengajian Hasan menjumpai ustadz yang mengisi pengajian tadi.”Assalamualaikum ustadz” sapa hasan.”wa alaikum salam nak, ada apa ya?”.Tanya ustadz. “saya mau bertanya , kenapa umur semuda ustadz sudah bisa mengisi pengajian seperti tadi?”.Hasan bertanya keheranan.”oh itu, masuk pesantren dan mempelajari ilmu agama di sana”.Pungkas ustadz. Ketika mendengar perkatan ustadz tadi Hasan tidak bisa tidur malam itu.Dia bingun, akan kuliah keluar negeri atau mengaji keluar daerah saja. Beberapa lama kemudian dia pun memutuskan untuk pergi mengaji.Dengan hati yang senang dia pun mencari di Youtube tujuan pesantren yang akan di masukinya.Dan ia menemukan pesantren MUDI Mesra Samalanga Aceh.

Keesokan harinya,Hasan menjumpai ibunya untuk mengungkapkan isi hatinya bahwa ia ingin mengaji keluar daerah ukan kuliah. Ibunya sangat terharu.”Nak!,masa depan kamu sendiri yang menentukan, apabila mengaji yang menjadi pilihanmu maka silakan, ibu siap mengantarkanmu ke pesantren”.Seminggu kemudian Hasan dan ibunya pun menuju ke pesantren MUDI Mesra. Sesampainya ke pesantren, betapa Hasan bahagia karena cukup menyejukkan hatinya dan ia pun semakin tertarik dengan pesantren.

Seiring berjalannya waktu, Hasan telah melewati berbagai suka dukanya di pesantren, Hasan pun telah lulus, dan naik ke kelas 7. Karena sudah beberapa lebaran ia tidak pulang ke kampung halaman, betapa merindunya hasan akan kampung halaman dan ibu yang ia cintai, maka ia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Cirebon.Berbagai oleh-oleh di persiapkannya untuk ibunya.Sesampainya di rumah, betapa terkejutnya Hasan ketika melihat di depan rumahnya di gantung bendera kuning dan rumahnya dipenuhi warga sekitar.Tangisan yang terdengar dari dalam rumah begitu memilukan, Hasan tetap melanjutkan langkahnya menuju ke rumah dengan hati gundah.Beberapa warga terlihat sedang mempersiapkan kain kafan yang akan di potong.

Setelah sampai ke dalam rumah betapa hatinya bagai dicabik-cabik sembilu, pikirannya bagai di pukuli palu godam besar yang menimpakan berton-ton kesedihan ke hatinya, ketika dua matanya tertuju ke sesosok tubuh yang terbaring lemah tak berdaya, sosok yang telah merawatnya sejak kecil, tubuh yang sudah sekian lama sejak dia di pesantren  tak pernah dilihatnya lagi, namun sekarang saat dia pulang melepas rindu malah sembilu yang menusuk sukma ketika melihat ibunya yang sudah tidak bernyawa. Dan yang lebih menyayat hatinya lagi, saat sakaratul maut ibunya, Hasan tidak berada di sampingnya.Air mata yang sedari tadi telah sembab di matanya semena-mena menjadi lautan di pipinya.Kalut.Sedih.Pilu.Bahkan ia sendiri tidak tahu apalagi yang sedang dirasakannya. Namun Hasan bangga. Ia mengurusi setiap prosesi jenazah ibunya hingga acara takziah berlangsung tujuh hari. Ilmunya yang telah di kumpulkan sejka lama di pesantren benar-benar telah membuat ibunya bangga. Tak henti-hentinya ia merapal doa pada tuhan untuk kebahagiaan ibunya di alam sana, agar di tempatkan oleh Allah swt di tempat terindah di sisinya.Amin ya rabbal alamin.