Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Agar Kita Dicintai Oleh Allah Dan Manusia

 


majalahumdah.com-Cara ataupun kunci yang paling ampuh agar kita dicintai oleh Allah dan manusia adalah dengan zuhud. Imam Nawawi (631-676 H) dalam kitabnya arba'in an-Nawawin pada hadis ke 31 menyebutkan satu hadis sebagai berikut:

عَنْ أَبي العَباس سَهلٍ بنِ سَعدِ السَّاعِدي رضي الله عنه قَالَ: أتى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ، وَأَحبَّنِيَ النَاسُ؟ فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: (ازْهَدْ فِي الدُّنيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وازْهَدْ فيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ) حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهَ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ.

Dari Abil Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang telah datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  lalu mengatakan: Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah subhanahu wa ta’ala dan manusia mencintaiku maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.” (Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad yang hasan)

Ahmad huthaibah dalam kitabnya Syarah Riyadh al-Shalihin menjelaskan bahwa sesungguhnya apabila engkau tinggalkan dunia karena Allah subhanahu wa ta’ala maka Allah akan mencintaimu, dan jika engkau berzuhud terhadap apa yang ada pada manusia maka manusia akan mencintaimu.

Zuhud secara bahasa adalah berpaling dari sesuatu karena ingin menghinakan sesuatu tersebut, sedangkan pada syara' zuhud adalah mengambil ukuran yang pasti dari halal yang diyakinkan kehalalannya. Dan zuhud ini ledih khusus dari wara' karena wara' hanya meninggalkan yang samar-samar atau syubhat. Zuhud ini merupakan zuhud para 'arifin, dan zuhud inilah yang dimaksudkan pada hadis اذهد في الدنيا يحبك الله . Zuhud yang lebih tinggi lagi dari zuhud para 'arifin ialah zuhud muqarrabin yaitu berpaling dari sesuatu selain Allah, baik berpaling dari dunia, surga dan hal-hal lainnya karena tidak ada tujuan lain dari pemilik zuhud ini selain sampai pada Allah dan dekat dengan Allah SWT, adapun zuhud atau menghindar dari perkara haram adalah wajib, sedangkan menghindar dari perkara syubhat adalah sunat.

Sedangkan maksud في الدنيا pada hadis diatas adalah zuhud dengan menghinakan dunia karena Allah telah menghinakan dunia dan telah memberi peringatan tentang tipuan dunia, dan para ulama telah menafsirkan dunia dengan sesuatu yang dipadukan oleh siang dan malam, dinaungi oleh langit, dibawa oleh tanah, dan akan lenyap dengan adanya sifat zuhud. Dan ada juga yang mengatakan bahwa dunia adalah dinar dan dirham, juga ada yang mengatakan dunia adalah makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. 

Menurut pendapat yang paling kuat menyatakan bahwa dunia adalah setiap kelezatan dan syahwat yang sesuai bagi jiwa bahkan bicara didepan pendengar yang tidak ditujukan pembicaraannya kpd zat Allah. Abu Sulaiman berkata: janganlah kamu menjadi saksi untuk menyatakan orang lain zuhud karena zuhud itu didalam hati. Fudhail berkata: asal zuhud ialah ridha dari pada Allah 'azza wa jalla. Dan sebagian dari kalam saidina Ali ialah barang siapa zuhud di dunia maka hina segala musibah.

Ada pendapat menyatakan: membuat diri zuhud dari kepemimpinan lebih berat dibandingkan berzuhud dari pada emas dan perak. Ditanyakan kepada sebagian ulama salaf, apakah orang yang memiliki harta bisa zuhud? Ulama salaf menjawab iya jika ia tidak senang dengan lebihnya harta dan tidak sedih ketika kurangnya harta. Imam Sufyan Suri berkata: zuhud di dunia ialah sedikit angan-angan, tidak banyak makan dan tidak memakai baju mewah. Sebagian dari doanya 

اللهم ذهدنا في الدنيا و وسع علينا منها ولا نزوها عنا فترغبنا فيها

Artinya: Ya Allah zuhudkanlah kami didunia, berikanlah kami kelapangan di dunia dan jangan lepaskan kami darinya, karena itu kami menginginkannya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata bahwa zuhud ialah pendek cita-cita dan putus asa dari apa yang ada di tangan manusia. Dan dalam satu hadis mursal : ya Rasulullah siapa orang yang paling zuhud? Rasulullah bersabda: orang yang tidak melupakan kubur dan bala serta meninggalkan perhiasan dunia yang paling bagus dan mendahulukan yang kekal dari pada yang fana dan tidak mempertimbangkan hari-hari esoknya, dan menganggap dirinya sebagian dari mayit.

Para Ulama telah nembagi zuhud menjadi tiga bagian.

Pertama, zuhud fardhu, yaitu menjauhi syirik yang paling besar hingga yang paling kecil, maksud syirik yang paling kecil ialah terjadi suatu baik perkataan atau perbuatan bukan atas kehendak Allah, kemudian menjauhi semua maksiat. Dan ini merupakan zuhud dari yang haram saja. Ada satu pendapat menyatakan bahwa itu merupakan zuhud secara mutlak, dan itu merupakan pendapat Imam Zuhri dan Ibnu 'Uyainah dan Ulama lain. Dan yang mengatakan bahwa Imam Zuhri dan Ibnu 'Uyainah tidak menamakan y demikian tersebut sebagai zuhud melainkan digabung dengan dua macam pembagiannya zuhud yang lain yaitu meninggalkan syubhat prioritas dan meniggalkan atau melepaskan yang lebih dari harta halal. Karena demikian sebagian ulama berpendapat bahwa tidak ada lagi zuhud pada hari ini karena tidak ada lagi halal yang murni.

Abu Sulaiman al-Darani rahimahullah ta'ala mengumpulkan semua macam zuhud dalam satu kata yaitu meninggalkan sesuatu yang menyibukkan enggkau dari Allah 'azza wa jalla. Ketahuilah wahai saudaraku celaan yang datang di dunia dalam al-quran dan hadis bukan kembali ke zamannya yaitu malam dan siang karena Allah menjadikannya sebagai pergantian bagi orang yang berkehendak berzikir atau bersyukur, dan juga tidak kembali ke tempatnya yaitu dunia karena Allah menjadikan dunia sebagai tempat berbaring, dan juga bukan kembali kepada sesuatu yang Allah titipkan di dunia berupa semua benda keras dan hayawan (sesuatu yang berkehendak dengan sendirinya) karena yang demikian ialah nikmat Allah kepada hambanya, Allah ta'ala berfirman: 

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا

Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu. (QS. Al-Baqarah: 29)

Dikutip dari kitab al-Majalis al-Staniyah hal 94-95. Cet. Haramain.

Oleh: Tgk. Zulkiram