Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membangun Cinta Setelah Menikah



majalahumdah.com-Menurut asumsi sebagian orang, menikah yang tidak didasari cinta tidak akan bertahan lama. Rumah tangga hambar, tidak bahagia, pertengkaran akan sering menghiasi kehidupan sehari-hari. 

Persepsi mereka yang memilih menjalin hubungan sebelum duduk di pelaminan adalah mengenal karakter pasangan. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak ada penyesalan setelah mengikrarkan janji suci. Mindset seperti ini perlu diperbaiki karena tak semua pernikahan yang diawali dengan pacaran bertahan abadi. 

Dalam Islam menikah adalah ibadah sekaligus menyempurnakan separuh agama. Hakikat pernikahan sejatinya meleburnya dua insan yang membawa ego masing-masing kemudian secara ikhlas menaklukkan egonya agar tercipta hubungan yang serasi dan harmonis. Maka dari itu setiap proses menuju pernikahan harus dijalani sesuai tuntutan syariat agar menuai keberkahan. 

Islam memberi ruang bagi kedua insan yang akan menjalin ikatan pernikahan untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Proses ta'aruf dilakukan dengan tetap menjaga kehormatan kedua belah pihak saling berbagi informasi tentang keadaan keluarga, saling memberi tahu harapan dan prinsip. Proses ini dilakukan dengan cara Islami, tidak berkhalwat dan mengumbar pandangan. 

Setelah mendapati kecocokan satu sama lain, khitbah dilaksanakan agar ikatan semakin erat. Keseriusan untuk membina rumah tangga semakin terlihat jelas. Dalam masa khitbah kedua belah pihak tetap tidak diperbolehkan menjalin hubungan layaknya suami istri, berboncengan, berdua-duaan bahkan sampai melakukan hubungan badan.

Menurut Herville Hendrix, cinta tidak menciptakan pernikahan tapi pernikahan yang sadar dan terencana akan menciptakan cinta. Tak ada jaminan bertahun-tahun pacaran akan berakhir manis di pelaminan. Begitu pula keharmonisan yang dirasakan saat pacaran akan bertahan setelah pernikahan. 

Lalu, apakah kegelisahan yang menyelimuti pemuda saat ini mengenai pernikahan yang tidak diawali dengan penjajakan dan pengenalan pasangan akan mudah goyah dan berantakan? Cinta bisa dibangun setelah akad. Kasih sayang bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Kisah rumah tangga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan Sayyidah Khadijah sudah mewakili untuk menghilangkan kegelisahan pemuda saat ini. 

Ikatan rumah tangga Rasulullah dan Sayyidah Khadijah tidak melalui pacaran tidak saling berpegangan tangan untuk mengenal karakter pasangan namun sesaat Sayyidah Khadijah tertarik kepada kepribadian Rasulullah, Khadijah mencurahkan kepada sahabatnya Nafisah binti Muniyyah. Mendengar penuturan Nafisah, Rasulullah membicarakan niat baik Khadijah kepada keluarganya. Kemudian Rasulullah mendatangi paman Khadijah untuk melamarnya dan tidak lama setelah itu pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah dilangsungkan. 

Rumah tangga Rasulullah dan Sayyidah Khadijah berlangsung selama 25 tahun. Khadijah sangat setia kepada Rasulullah, bahkan perempuan pertama yang memeluk agama Islam adalah Sayyidah Khadijah. Rasulullah pun demikian sangat mencintai Khadijah. Selama 25 tahun Rasulullah tetap menjaga cintanya kepada Khadijah. Hal ini dilakukan sampai Khadijah wafat. Tahun wafatnya Sayyidah Khadijah dikenal dengan sebutan tahun kesedihan. 

Cinta dalam pernikahan adalah sebuah tindakan nyata. Ungkapan cinta harus diwujudkan dengan perbuatan, bukan dengan gombalan dan rayuan. Tapi diwujudkan dengan pengabdian dan pengorbanan terhadap pasangan. Kebahagiaan dalam rumah tangga tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan itu perlu diraih melalui perjuangan bersama sehingga keharmonisan yang di impikan menjadi kenyataan. 

Cinta dalam pernikahan adalah cinta yang dibangun atas kesadaran dan rencana kedua. Ketika kedua insan mengikat janji setia dalam pernikahan suci, perencanaan yang matang harus segera dilaksanakan. Keinginan masing-masing pasangan pasti terdapat perbedaan, oleh karenanya rencana kehidupan rumah tangga disusun bersama. Menempuh rumah tangga ibarat mengayuh perahu di atas lautan luas, jika kedua pasangan tidak saling bahu-membahu dan bekerjasama untuk menghadapi gelombang angin kencang kapal akan karam di tengah lautan. 

Setelah dua orang memutuskan untuk menjalin pernikahan, kuatkan rasa cinta pada pasangan. Akad yang dilafalkan dengan sepenuh hati membuktikan bahwa dua pasangan ini saling menerima dan memiliki. Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan karena menikah adalah tahap awal dua insan membangun cinta. Dengan pernikahan, kedua insan saling mengisi dan saling membantu. Dari itulah cinta akan tumbuh perlahan. 

Dengan komitmen yang kuat, janji untuk saling mencintai, saling menguatkan dalam segala kondisi maka rumah tangga bisa dilalui dengan harmonis. Semakin lama bersama benih-benih cinta akan semakin tumbuh besar dan kuat.

Cinta yang sudah tertanam dalam hati layaknya dijaga dengan baik karena ujian cinta dan rumah tangga akan datang silih berganti. Masa usia pernikahan bukan waktunya untuk berdebat dan saling membicarakan kekurangan dan keterbatasan tapi bagaimana kedua insan ini membangun cinta dengan saling melengkapi kekurangan pasangan. Dalam rumah tangga tak luput dari persoalan. Akan datang rasa jenuh yang dialami oleh masing-masing pasangan suami istri jika tidak segera diantisipasi maka keindahan yang telah dibangun di awal pernikahan akan segera hancur berantakan. 

Terakhir ada petikan caption meme yang beredar di dunia maya “cinta dulu atau nikah dulu” yang benar adalah membangun cinta setelah menikah meskipun komitmen membangun cinta disiapkan jauh-jauh sebelum menikah. Redaksi