Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyambut Maulid Untuk Menumbuhkan Rasa Kemasyarakatan

Menyambut Maulid Untuk Menumbuhkan Rasa Kemasyarakatan


majalahumdah.com Maulid berasal dari kata kerja walada dalam bahasa Arab  bermakna waktu kelahiran. Anak yang telah lahir disebut maulud. Menyambut maulid Nabi Muhammad artinya menyambut hari lahir Nabi Muhammad. Tujuan menyambut maulid adalah untuk mengenang jasa, kebaikan dan keberhasilan dakwah Nabi Muhammad dan mengajak orang untuk mengamalkan perintah Rasulullah maka  cara merayakan hari lahir Nabi Muhammad yaitu dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an dimana Rasulullah memerintahkan membaca Al-Qur’an, membaca shalawat, menceritakan perjalanan hidup Nabi Muhammad, akhlak nabi Muhammad. maka siapa saja orang yang beragama Islam pasti bahagia atas lahirnya Nabi Muhammad. Ini menjadi tanda bahwa ia masih beragama Islam. 


Setiap muslim berbeda dalam menyikapi dan merayakan kebahagian atas lahir Nabi Muhammad SAW. Ada yang merayakannya dengan bertekad akan mengamalkan apa saja yang diperintah oleh Nabi Muhammad, ada juga yang bersikap lebih mencintai umat Nabi Muhammad daripada dirinya sendiri bahkan mencintai dan menyayangi umat Islam seperti mencintai dirinya sendiri.


Alangkah aneh dan mengherankan jika di hari lahir Nabi Muhammad dikotori oleh umat Islam dengan tidak mengamalkan perintah Rasulullah. Di antara perintah Rasulullah yang perlu diamalkan di masa sekarang ini sebagaimana riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam: Apabila engkau bertemu ucapkanlah salam kepadanya, apabila engkau diundang penuhilah undangannya, apabila engkau dimintai nasihat berilah nasihat kepadanya, apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan alhamdulillah) doakanlah dia dengan mengucapkan rahimakumullah, apabila dia sakit maka jenguklah dan apabila dia meninggal maka iringilah jenazahnya”. 


Maka dari itu, janganlah karena perbedaan sudut pandang dalam memahami maulid justru hak kemasyarakatan sesama muslim yang diperintahkan oleh Rasulullah diabaikan dan dirusak. Di manakah keadilan dan kejujuran kita mencintai Nabi Muhammad? Kita mengakui mencintai Nabi Muhammad tapi untuk umat Nabi Muhammad tidak diberikan ucapan salam, tidak didoakan ketika bersin, tidak dikunjungi karena sakit. Mari kita sama-sama sebagai umat Nabi Muhammad di hari maulid ini untuk saling mendoakan kesuksesan di dunia dan akhirat, keampunan segala dosa-dosa dan kemakmuran dalam menjalani kehidupan, untuk lebih saling mencintai sesama muslim walaupun mereka berdosa menurut pemahaman masing-masing.


Di Aceh khususnya, sikap kemasyarakan itu diwujudkan dengan mengadakan kenduri, mengundang warga, tetangga desa, anak yatim untuk mencicipi makanan yang dihidangkan yang dengan sebab itu timbullah keakraban dan persaudaraan. Bahkan jika menilik di kampung-kampung, sebelum H sanak saudara hadir ke rumah yang akan diadakan acara maulid untuk membantu masak-masak. Saudara jauh di perantauan pun pulang kampung. Menjadikan hari maulid sebagai momentum silaturrahmi sebagaimana perintah Rasulullah. Sungguh alangkah indahnya merayakan hari lahir Nabi Muhammad.


Mari kita lihat bagaimana usaha mengamalkan hadis-hadis nabi oleh ulama salafu salih yang disebutkan oleh Imam Abdullah Asy-sya’rani dalam kitabnya Tanbih al-Mugrtarrin. Malik bin Dinar ketika ada seorang wanita yang kedapatan mencuri pakaian dan mushafnya, ia berkata kepada wanita itu, “Kembalikan mushafku dan ambillah pakaian itu, engkau tak perlu takut.” Imam Malik memaafkan kesalahan algojo yang menyiksanya. Begitu juga Imam Ahmad bin Hambal yang memaafkan kesalahan algojo dengan alasan beliau tidak menginginkan Allah menghukum dia karena urusan dosa dengannya.

 

Hal ini karena rasa mahabbah kepada Rasulullah maka memaafkan kesalahan umat Nabi Muhammad yang bersifat pribadi agar Rasulullah tidak bersedih melihat hambanya berada dalam neraka dan mereka pun merasakan jika umat nabi Muhammad masuk neraka maka itu karena kegagalan dakwahnya sedangkan misi dakwahnya supaya umat Nabi Muhammad menjadi penghuni surga.


Maimun bin Mihran jika mendapat undangan walimah beliau memilh duduk bersama anak-anak dan orang miskin, etika ini beliau contoh pada Rasulullah di mana Rasulullah sangat memuliakan orang-orang miskn, kerena memuliakan orang miskin dan anak-anak tidak akan menambahkan popularitas dan urusan kepentingan duniawi lainnya. Maka memuliakan orang miskin itu jelas murni. 


Rasulullah bersabda, “Ya Allah, hidupkanlah aku sebagai orang miskin, wafatkanlah aku dalam keadaan miskin dan bangkitkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin.” Artinya, dari sisi duniawi orang miskin dan anak mereka tidak mendapat posisi kemulian di hati manusia. Kehadiran mereka diabaikan begitu saja. Maka Rasulullah yang dikenal sebagai seorang pemimpin, tokoh yang sangat dimuliakan, dihormati maka dengan dekatnya Rasulullah dengan orang-orang miskin dan anak-anak maka popularitas dan kedudukan mereka menjadi lebih mulia dan dihormati.


Makruf al-Karkhi jika melihat orang yang bermaksiat ia segera berdoa kepada Allah agar dosa-dosanya diampunkan dan diberikan rahmat oleh Allah atasnya. Ia berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad untuk membebaskan umat manusia dari api neraka dan sebagai rahmat atas mereka, sedangkan syaitan sebagai makhluk yang dilaknat oleh Allah keberadaannya untuk mencelakai umat manusia agar terjerumus dalam api neraka.” 


Tentu saja akhlak ini dicontohkan dari Rasul dengan mendoakan kebaikan dan hidayah kepada umatnya bukan malah mencaci maki. Justru sifat seperti inilah yang menyebabkan orang lebih bersemanagat bermaksiat kepada Allah secara terang-terangan dengan tujuan agar si pencaci ini lebih geram dan marah.


Para sahabat Nabi mengenang kisah hidup Nabi Muhammad dengan menceritakan kepada generasi selalnjutnya hingga kisah kehidupan Nabi sampai kepada kita hari ini. Namun yang membedakannya para sahabat mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya karena kedekatakannya dengan nabi. Keadaan-keadaan Nabi masih terbayang dan tersimpan dalam ingatan mereka maka wajar akhlak-akahlak Nabi terwujud dalam keseharian mereka, tetntu saja mereka sangat bahagia atas hadirnya Nabi Muhammad di kehidupan mereka. Untuk mewujudkan kecintaannya kepada Rasulullah mereka patuh dan taat kepada perintah Rasulullah dan mengikuti prilaku Nabi Muhmmad. 


Kita adalah umat yang sangat jauh sekali dari Rasulullah, gambaran akhlaknya tidak terwujud di benak fikiran kita karena tidak melihat langsung Rasulullah bahkan untuk mewujudkan akhlak Nabi Muhammad sangatlah sulit. Karena itu, perlu adanya orang yang bisa dicontohi di mana orang tersebut benar-benar mencontohi akhlak Nabi. Lantas, siapakah orang itu, tidak lain adalah diri kita sendiri. Ya, kitalah yang harus terlebih dahulu mengamalkan akhlak nabi agar menjadi contoh bagi generasi mendatang. Maka para ulama memikirkan bagaimana caranya agar orang-orang bisa merasakan hadirnya Nabi Muhammad di muka bumi ini sebagai seorang teladan. Diperingatilah maulid agar umat manusia sadar bahwa kita adalah umatnya Nabi Muhmmad Shallalhualaihi wasalllam.


Berbahagilah Anda karena kita yang merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad adalah umatnya Nabi Muhammad. Rayakanlah kelahiran Nabi Muhammad dengan saling mencintai sesama muslimin agara hubungan kemasyarakatan sesaama muslim lebih terjaga sebagaimana Rasulullah memperkuat persaudaraan kekerabatan antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar atas dasar kebenaran dan rasa persamaan. []


Oleh: Busairi SH

Alamat: Kab Aceh Utara, Kec Lhoksukon, Desa Alue Buket.

Pendidikan Nonformal: Pesantern MUDI Samalanga dari tahun 2006 – 2018.

Pendidikan Formal Terakhir : IAIA Al-Aziziyah Samalanga (Srata 1).