Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengaruh Niat Sebagai Penentu Hasil Sebuah Amal

 

Pengaruh Niat Sebagai Penentu Hasil Sebuah Amal

Dalam melakukan setiap aktivitas tidak terlepas oleh suatu maksud atau pun niat. Hal yang tidak dimaksudkan tetapi terjadi merupakan hal yang di luar perencanaan. Sebab pada umumnya manusia ketika ingin melakukan sesuatu sangat dipengaruhi oleh faktor niat dan keinginan.

 

Apa yang kita niatkan maka kita akan mendapatkan balasan yang setimpal, sehingga niat sangat berpengaruh bagi setiap pribadi muslim. Apabila mampu mengontrol niat dengan baik, maka akan mendapatkan balasan baik pula kelak. Namun, apabila tidak mampu merencanakan niat sesuai konsep syariat, maka meskipun maksud tercapai, tapi nilainya kurang di mata Allah Swt.

 

Dalam surat al-An’am ayat 95, Allah SWT memberitahu sesuatu sebagai perbandingan niat dan hasilnya dengan perumpamaan biji dan buahnya. Allah Swt. berfirman:

 

إِنَّ ٱللَّهَ فَالِقُ ٱلۡحَبِّ وَٱلنَّوَىٰۖ يخۡرِجُ ٱلۡحي مِنَ ٱلۡمَتِ وَمُخۡرِجُ ٱلۡميتِ مِنَ ٱلۡحي ذَا⁠لِكُمُ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ تُؤۡفَكُونَ [الأنعام ٩٥]

Artinya: Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?

 

Dari ayat di atas, ada kata yang cukup menarik untuk dikaji yaitu kata النوى yang merupakan bentuk jamak dari نواة yang berarti biji. Dalam penggunaannya oleh bangsa arab, makna kata tersebut juga sesuai dengan kata niat, hingga kemudian tidaklah salah jika dikatakan buah yang baik itu berasal dari biji atau bibit yang baik.

 

Begitu juga dengan amal, amal yang dihitung baik merupakan hasil dari niat yang baik. Selaras dengan sabda Rasulullah Saw. bahwasanya amal itu tergantung dari niatnya.

Dalam sebuah Rasulullah SAW juga mempertegas tentang pengaruh niat dalam suatu amalan. Beliau bersabda:

 

عَن عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ، فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنَ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ. قَالَتْ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ، وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ ؟ قَالَ : يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ، ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ (رواه البخارى)

 

Artinya: Dari Aisyah r.a. (w. 58 H), beliau berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,’ Akan ada satu pasukan tentara yang akan menyerang kakbah. Ketika mereka sampai di Baida' di suatu bumi, mereka ditenggelamkan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir.’” Aisyah berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mereka ditenggelamkan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir sedangkan di dalamnya ada pasukan perang mereka dan yang bukan dari golongan mereka (yang tidak punya maksud sama)?’ Beliau menjawab, ‘Mereka akan ditenggelamkan seluruhnya mulai orang yang pertama hingga yang terakhir kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing’”

(HR. Bukhari)

 

Imam Ibnu Hajar al-Asqolani (w. 852 H) dalam kitabnya Fath al-Bari menyebutkan kandungan dari hadis ini, di antaranya:

1. Setiap amal manusia yang dihitung tergantung dari niat yang dimaksud oleh amil atau orang yang melakukan amal tersebut.

2. Peringatan untuk mengurangi perkumpulan maupun berbaur dengan orang yang suka berbuat zalim, kecuali dalam keadaan-keadaan yang terpaksa.

3. Mempertimbangkan dan berpikir jika hendak terjun dalam perniagaan orang yang suka memfitnah. Apakah dia akan membantu kezaliman mereka atau hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Oleh karena itu, mari kita mengelola dan menjaga niat kita dalam setiap aktivitas yang kita lakukan agar menjadi buah yang manis yang menguntungkan kita di dunia dan akhirat. Wallahu a'lam