Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyelami Hakikat Haul (Part 1)

Menyelami Hakikat Haul (Part 1)
Menyelami Hakikat Haul (Part 1)


majalahumdah.com-Dalam tradisi masyarakat Indonesia, kegiatan haul sering digelar. Dalam praktiknya, haul merupakan momentum untuk mengenang seorang tokoh, terutama para ulama yang telah wafat, yang diadakan setahun sekali. Kontribusi para ulama bagi masyarakat menjadikan mereka sosok yang selalu diingat sepanjang masa. Dimana segala perjalanan hidupnya telah menyentuh hati siapa saja untuk mengutip mutiara hikmah.  Seperti Haul Abon Abdul Aziz yang rutin diadakan setiap tahunnya di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, demi segudang hikmah yang ada pada pelaksanaan acara ini. Begitu banyak hikmah dan tujuan dari pelaksanaan Haul. Disana ada banyak pertemuan ketika telah lama sesama kita hampir tidak bertemu. Disana ada kerinduan yang mendalam yang begitu sakit telah tersimpan. Disana, tentunya ada harapan dan doa yang hendak kita langitkan kepada Allah azza wa jalla. 

Banyak tamu-tamu, bahkan siapa saja, datang menghadiri acara Haul Abon di Dayah MUDI Mesra Samalanga. Apa gerangan yang menyebabkan mereka semua rela datang dari jauh ke sini, hanya untuk berpanas-panasan, berdesak-desakan? Bukan hanya karena mereka telah menerima surat undangan, bukan karena itu alasan kehadirannya. Ini adalah panggilan hati dari murid kepada sang guru. Ini adalah panggilan jiwa yang ikhlas tanpa paksaan. Seperti panggilan cinta pada kekasihnya yang akhirnya rela memberikan segala sesuatu kepada yang dicintainya itu. Dengan demikian, dengan melihat sifat sejati dari para pemilik cinta, tentunya, pada acara Haul Abon ini kita tidak hanya mengambil sesuatu, tapi juga memberikan sesuatu. Lantas, hikmah seperti apa yang harus kita ambil dan apa yang harus kita berikan?

Pengingat Kematian

Haul sendiri berasal dari bahara Arab yang artinya setahun, sedanhkan makna haul yang ada dalam KBBI adalah peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali. Haul diadakan dengan tujuan mendo’akan mereka para ulama dan aulia yang telah lama pergi meninggalkan kita agar selalu tercurah rahmat dan ampunan Allah SWT. 

Hari ini adalah hari yang terakhir. Tidak, sebenarnya, satu hembusan nafas ini adalah yang terakhir. Ketika telah terlewati waktu kehidupan bagi kebanyakan orang, dan ternyata kita masih disini menikmati warna-warna kehidupan, maka adakah membisik kepada jiwa bahwa kapan masanya waktu ini akan berhenti? Kapan saatnya kita akan kembali kepada Allah Azza wa Jalla? Begitu banyak perjalanan kehidupan yang membuat kita lalai. Hanya terkadang saja kita mengingat tentang mati, tentang apa saja yang nantinya akan terjadi setelah melewati batas kuburan.

Maka, setidaknya, dengan adanya momentum acara Haul Abon ini, kita sedikit bisa memaknai kehidupan ini sebagai satu nafas yang selagi akan berakhir. Hembusan nafas yang tidak lama. Dari sinilah berawal, untuk kemudiannya memposisikan hati dan jiwa kita agar mempersiapkan bekal perjalanan kematian yang begitu panjang. Semoga kita mendapatkan hati dan jiwa yang seperti itu. Hati dan jiwa yang berani meninggalkan kemewahan dunia, demi persiapan untuk perjalanan panjang yang masih misteri.

Membangkitkan rindu dan cinta

Siapa yang merindukan sosok Abon yang namanya disebut hampir setiap berjalannya waktu pada hati-hati santri MUDI Mesra? Siapa yang menaruh rindu kepadanya, meskipun tidak pernah berjumpa? Siapa yang ingin dikenal olehnya, walaupun kita hanya seseorang yang hadir belakangan. Hanya seseorang yang menaruh cinta dan rindu saja, tanpa kehebatan lain yang pantas disebutkan.

Setidaknya, dengan kegiatan HAUL ABON ini, kita memiliki kesempatan untuk bertemu kembali dengan Abon, meskipun pertemuan ini hanya berupa pertemuan yang berbatas jarak oleh batu nisan. Bukankah ini hanya penghalang yang tidak berarti bagi para pemilik cinta? Bukankah salam-salam dari para perindu juga masih terdengar meski terhalang batu-batu nisan? 

Barangkali telah sejak lama, kita melupa, tentang siapa sebenarnya sosok yang paling hebat dan berjasa di dayah ini. Bahkan mungkin ada diantara kita yang tidak begitu mengenal. Pertemuan ini, adalah sebuah kesempatan. Jika kita belum bisa menaruh cinta, maka ini adalah waktunya merasakan cinta tersebut. Dan jika kita telah sejak lama memendam cinta, maka ini adalah kesempatan penting untuk mengungkapkannya melalui doa dan harapan-harapan yang kita langitkan kepada Allah ‘azza wa jalla.

Ajang silahturrahmi

Sebenarnya, kita tidak pernah sendirian. Disini, kita telah belajar banyak hal yang mewarnai kesendirian hati-hati. Meskipun tak menyamai kehebatan cahaya rembulan, setidaknya, kita telah memiliki kesempatan untuk bersinar seperti kunang-kunang di tengah kegelapan.  Kita telah belajar tentang kenikmatan iman, tentang ibadah, tentang rindu karna terlalu lama berjauhan dan hampir tidak pernah bertemu. Kesemua itu dimulai dari jasa Abon Abdul Aziz yang telah memberikan semua detik kehidupannya kepada murid-muridnya yang kini menjadi guru kita. 

Kita disini dapat bertemu kembali. Kita bisa saling menyapa lagi. Kita akan saling melemparkan senyuman, dan saling membalas tutur sapa sesama teman, sahabat, guru dan siapa saja yang mungkin kita temui nanti. Kita mempunyai kesempatan memberi kebahagiaan kepada mereka semua. Membahagiakan orang lain tidak selalu dengan memberi hadiah, Lempar senyuman Sumringah juga bagian dari kebaikan.