Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengangkat Kembali Kesaktian Pancasila sebagai Dasar Negara dalam Bingkai Islam



Pancasila sebagai dasar negara telah melewati perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia. Ia lahir dari Sidang BPUPKI pada 29 Mei – 1 Juni 1945 melalui pidato monumental Bung Karno yang menggali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dalam konteks keislaman, nilai-nilai Pancasila sejatinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan banyak memiliki keselarasan.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

"Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal."
(QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menekankan nilai persatuan dalam keberagaman, yang menjadi inti dari Pancasila.


Pancasila: Warisan Nilai dan Tradisi

Pancasila bukanlah ideologi yang diimpor dari luar, melainkan nilai-nilai luhur yang hidup dalam budaya masyarakat Indonesia jauh sebelum kemerdekaan. Bung Karno menyadari bahwa kearifan lokal dan adat istiadat masyarakat Nusantara telah mengandung unsur Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan, dan Keadilan Sosial.

Dalam hadis, Rasulullah ï·º bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."
(HR. Ahmad)

Ini mencerminkan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial, yang menjadi ruh Pancasila.


Implementasi Nilai Islami dalam Sila-Sila Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai ini sejalan dengan ajaran tauhid dalam Islam. Dalam Islam, meyakini keesaan Allah merupakan dasar dari semua ajaran.

"Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."
(QS. Thaha: 14)

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Islam menekankan perlakuan adil kepada sesama manusia, tanpa melihat perbedaan ras, agama, atau status sosial.

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan."
(QS. An-Nahl: 90)

3. Persatuan Indonesia

Islam mengajarkan pentingnya ukhuwah (persaudaraan). Persatuan merupakan asas kekuatan umat dan bangsa.

"Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai."
(QS. Ali Imran: 103)

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Islam mengajarkan musyawarah sebagai metode dalam pengambilan keputusan.

"Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka."
(QS. Asy-Syura: 38)

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan merupakan nilai yang dijunjung tinggi dalam Islam. Tidak ada keberkahan dalam sebuah bangsa tanpa keadilan.

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan..."
(QS. An-Nahl: 90)


Permasalahan Kekinian dan Tantangan Ideologis

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi degradasi pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya di kalangan generasi muda. Tumbuhnya paham intoleransi, radikalisme, serta gaya hidup hedonistik menyebabkan semangat kebangsaan mulai luntur. Padahal, Islam sendiri mengajarkan cinta tanah air.

"Hubbul Wathan Minal Iman" (Cinta tanah air adalah sebagian dari iman)
(Meskipun status hadis ini diperdebatkan, namun maknanya telah diterima dalam budaya Islam Nusantara.)

Oleh karena itu, diperlukan revitalisasi pemahaman Pancasila dalam konteks keislaman, agar generasi muda melihat bahwa menjadi nasionalis tidak bertentangan dengan menjadi seorang muslim yang taat.


Kesimpulan

Pancasila sebagai dasar negara merupakan titik temu antara nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan ajaran Islam yang universal. Penerapan kelima sila secara utuh tidak hanya akan mengokohkan persatuan dan keadilan, tetapi juga memperkuat identitas bangsa yang bermoral dan religius.

Tugas generasi muda saat ini adalah merawat dan menghidupkan kembali Pancasila, bukan sekadar sebagai simbol atau jargon, tetapi sebagai nilai kehidupan yang dijalani sehari-hari. Dalam Islam, menjaga amanah adalah kewajiban, dan Pancasila adalah salah satu amanah yang diwariskan oleh para ulama dan pendiri bangsa.


Referensi

  1. Al-Qur’an: QS. Al-Hujurat: 13, QS. Thaha: 14, QS. An-Nahl: 90, QS. Asy-Syura: 38, QS. Ali Imran: 103.

  2. Hadis Nabi Muhammad SAW: HR. Ahmad, HR. Baihaqi.

  3. Soekarno, Lahirnya Pancasila, Pidato 1 Juni 1945.

  4. Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, 2013.

  5. Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Gramedia, 2011.

  6. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.