Hikmah di Balik Disyariatkannya Shalat Sunnah
Oleh: Gafira Ulandari (MA Putri Unit 5 Semester V)
Di dunia ini, tidak ada sesuatu yang lebih lezat dan lebih manis bagi seorang hamba melebihi saat ia bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Salah satu cara terbaik untuk mencapai kedekatan tersebut adalah dengan melaksanakan shalat sunnah, baik sebelum maupun sesudah shalat fardhu. Shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu ini dikenal dengan istilah shalat rawatib, yang terdiri dari shalat sunnah qabliyah (sebelum shalat fardhu) dan ba’diyah (setelah shalat fardhu).
Shalat rawatib memiliki banyak keutamaan dan hikmah yang terkandung di dalamnya, sehingga para ulama sangat menganjurkan untuk tidak meninggalkannya. Bahkan, apabila seseorang pernah meninggalkan shalat sunnah ini, dianjurkan untuk mengqadhanya sebagai bentuk kesungguhan dalam beribadah. Dalam Syarh al-Muhadzdzab, disebutkan tentang konsekuensi bagi orang yang sering mengabaikan shalat sunnah rawatib:
يقول الإمام النووي: «من واظب على ترك الراتبة أو تسبيحات الركوع والسجود رُدَّت شهادته لتهاونه بالدين» [المجموع 4/ 30، ط. دار الفكر].
Artinya: “Barang siapa yang sering meninggalkan shalat rawatib atau meninggalkan tasbih ketika ruku’, maka kesaksiannya akan ditolak karena dianggap meremehkan urusan agama.”
Pernyataan di atas menunjukkan betapa pentingnya shalat sunnah dalam kehidupan seorang Muslim. Selain sebagai bentuk kecintaan kepada Allah, shalat sunnah juga menjadi penyempurna bagi kekurangan yang mungkin terjadi dalam shalat fardhu.
Berikut adalah beberapa hikmah yang dapat dipetik dari pelaksanaan shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah:
1. Mempersiapkan Jiwa yang Tenang dan Lapang Dada
Seseorang yang menjalani rutinitas yang monoton, seperti mengonsumsi makanan yang sama setiap hari, lama-kelamaan akan merasa bosan, meskipun makanan itu lezat. Demikian pula dalam ibadah, jika seseorang hanya mengerjakan shalat fardhu saja tanpa adanya variasi ibadah, maka bisa saja muncul rasa jenuh. Oleh karena itu, Allah Swt. mensyariatkan shalat sunnah agar seorang hamba dapat menunaikan shalat fardhu dengan jiwa yang lebih tenang, penuh kesiapan, dan lapang dada.
2. Menjadikan Hati Lebih Bersih dan Fokus Hanya kepada Allah
Shalat fardhu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan dengan hati yang bersih dan penuh konsentrasi. Namun, manusia sering kali terganggu oleh berbagai pikiran duniawi yang mengaburkan fokus ibadahnya. Shalat sunnah qabliyah berperan seperti "pemoles hati" yang membantu seseorang membersihkan pikiran dan memusatkan hatinya hanya kepada Allah Swt. Sebagaimana dikatakan dalam hadits:
إن العبد إذا قام إلى الصلاة فإنه بين يدي الله، فإذا التفت قال الله: أإلى خير مني؟
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba ketika berdiri untuk shalat, ia sedang berada di hadapan Allah. Jika ia berpaling (dalam hatinya), Allah akan berkata: Apakah ada sesuatu yang lebih baik daripada Aku?”
3. Memelihara Rahmat dan Kelapangan Hati
Saat seorang hamba telah merasakan ketenangan dan kelezatan dalam shalat fardhu setelah melaksanakan shalat sunnah qabliyah, disunnahkan baginya untuk melanjutkan dengan shalat sunnah ba’diyah. Hal ini bertujuan agar keberkahan dan kelapangan hati yang telah diperoleh tidak terputus begitu saja, melainkan terus berlanjut dan semakin bertambah. Rasulullah saw. bersabda:
من صلى اثنتي عشرة ركعة في يومه وليلته بني له بهن بيت في الجنة
Artinya: "Barang siapa yang shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga." (HR. Muslim)
4. Menyempurnakan Kekurangan dalam Shalat Fardhu
Terkadang, dalam melaksanakan shalat fardhu, seseorang tidak menyadari adanya kekurangan, baik dalam aspek kekhusyukan, gerakan, atau bacaan. Kekurangan ini dapat menjadi penghalang bagi kesempurnaan ibadahnya di hadapan Allah. Dengan mengerjakan shalat sunnah ba’diyah, kekurangan yang terjadi dalam shalat fardhu dapat tertutupi dan disempurnakan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:
إن أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة، فإن صلحت فقد أفلح ونجح، وإن فسدت فقد خاب وخسر، فإن انتقص من فريضته شيء، قال الله عز وجل: انظروا هل لعبدي من تطوع فيكمل به ما نقص من الفريضة؟
Artinya: "Sesungguhnya amal ibadah pertama yang akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Jika shalatnya buruk, maka buruklah seluruh amalnya. Lalu, jika terdapat kekurangan pada shalat wajibnya, Allah berfirman: ‘Lihatlah, apakah hambaku memiliki shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah itu akan menyempurnakan apa yang kurang dari shalat wajibnya." (HR. Abu Dawud)
5. Membiasakan Diri untuk Hidup Disiplin dan Istiqamah
Seseorang yang terbiasa melaksanakan shalat sunnah dengan istiqamah akan memiliki pola hidup yang disiplin dan teratur. Kebiasaan ini akan membantu dalam menjaga waktu, fokus, dan komitmen dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik dalam aspek ibadah maupun aktivitas lainnya.
Setiap ibadah yang disyariatkan dalam Islam memiliki hikmah yang mendalam, termasuk shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Shalat sunnah ini bukan sekadar pelengkap, tetapi merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas shalat fardhu dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan cinta.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk senantiasa menjaga shalat sunnah dengan penuh keistiqamahan agar kita termasuk dalam golongan hamba yang dicintai oleh Allah Swt. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu melaksanakan shalat dengan hati yang tulus dan jiwa yang tenang.