Manusia Butuh Dewasa
Umur hanyalah angka yang hanya bertambah.
Semakin hari berlalu umur juga mengikuti.
Kesadaran seseorang tidak bergantung pada umur begitu pula kedewasaan.
Sedewasa apa seseorang tidak akan terikat tentang waktu, biar sepanjang apapun itu.
Umumnya manusia yang bersifat dewasa adalah golongan orang tua.
Ini sama sekali tidak dijanjikan oleh waktu.
Dewasa yang diperoleh oleh mereka adalah hasil jerih payah mereka sendiri.
Pemicu terbesar agar timbulnya dewasa adalah pengalaman yang panjang.
Lantas sebanyak apa pengalaman yang didapatkan oleh orang tua, maka wajar bila mereka layak menyandang gelar dewasa.
Tanda seseorang dewasa yang lebih mencolok sebenarnya dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
Hal pertama yang dapat menilai kedewasan seseorang ialah mampu menghubungkan diri dengan orang lain baik dalam cinta atau kasing sayang.
Kasih sayang tidak hanya ditujukan kepada orang yang dicintai tetapi mempunyai cakupan yang lebih luas seperti ketika mampu mendorong diri untuk membantu orang lain dan juga murah hati.
Selanjutnya Orang dewasa tidak selalu memusingkan perkataan orang lain yang selalu menuntutnya untuk sempurna.
Orang dewasa mampu mengenali diri mereka sendiri, namun dapat melakukan introspeksi diri jika itu positif.
Sebaliknya jika dihadapkan kepada orang yang belum dewasa malah akan menganggap sebagai sebuah hinaan dan tiodak sadar pada ketidaksepurnaannya.
Menjadi pribadi yang jujur dan bertanggungjawab adalah tanda kedewasaan.
Tanpa adanya kejujuran kita akan merugikan orang lain, pun jika kita tak sadar dengan peran yang kita punya kita akan merugikan orang lain juga.
Ini adalah etika penting dalam kehidupan.
Tidak pelit kata maaf juga menjadi tanda untuk dewasa.
Karena dalam hidup pasti pernah gagal dan merasa kecewa.
Maaf adalah satu satunya jalan agar membuat hidup tentram dan tenang.
Sebaliknya jika memendam malah akan membuat hidup selalu dalam masalah dan terjebak dalam masa lalu.
Mendengarkan terlebih dahulu sebelum memaksakan pemahaman kita pada orang lain juga tanda dewasa.
Hal ini terjadi ketika kita berinteraksi dengan seseorang.
Semakin banyak yang didengar maka semakin besar pemahaman yang dapat dikembangkan, bukan membangkang dengan separuh yang kita tahu.