Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Godaan Setan Versi Imam Al-Gazali

7 Godaan Setan Versi Imam Al-Gazali


Seperti janjinya dihadapan Allah ketika setan diperintahkan menyembah Adam AS, sembah kehormatan akan kedudukan Adam yang lebih mulia, Setan enggan, sombong. Merasa dia lebih mulia dengan kedudukan dan bentuknya yang diciptakan dari api sedang Adam dari tanah. Setan meminta tangguhan samapi hari kiamat, dia meminta agar dapat merusak amal, tidk beramal agar manusia yang terpedaya menemani setan di neraka. 

Berikut ini adalah 7 ajakan setan agar manusia tidak sukses dalam berbuat tat kepada Allah menurut Hujjatul Islam. Ahmad bin Ahmad bin Muhammad Al Ghazali di dalam master piece nya Minhajul ’Abidin (jalan bagi orang beribadah):

1. Setan melarang manusia agar meninggalkan taat kepada Allah.

Orang-orang yang dipelihara Allah, akan menolak ajakan itu dan berkata : “Aku sangat butuh  kepada pahala dari Allah, karena itu aku harus mempunyai bekal di dunia untuk negeri akhirat yang kekal.”

2. Setan mengajak manusia untuk menunda nunda taat. Nanti saja atau ketika sudah tua, dan sebagainya. Orang-orang yang  dipelihara Allah akan menolaknya, dan berkata : “Ajal bukan pada kekuasaanku. Jika aku menunda amal hari ini untuk esok, maka amal hari esok kapan aku kerjakannya ? Padahal tiap-tiap hari mempunyai amal tersendiri.”


3. Kadang kala setan mendorong manusia agar buru-buru mengerjakan amal baik dengan seraya berkata, “Ayo cepat-cepat beramal, supaya engkau dapat berbuat  amal lainnya.” Orang-orang yang dipelihara Allah menolaknya,  dan berkata : “Amal yang sedikit tapi sempurna lebih baik daripada amal banyak tapi tidak sempurna.”

4. Setan itu lalu mengajak manusia supaya mengerjakan amal baik dengan sempurna sebab jika tidak sempurna nanti dicela oleh orang lain yang melihat. Orang-orang yang dipelihara Allah tentu menolaknya dan akan berkata : “Untuk saya, cukup dinilai oleh Allah saja dan tidak ada faedahnya beramal karena manusia.”

5. Setelah itu setan menancapkan perasaan dalam hati orang yang beramal dengan mengatakan : “Betapa tingginya derajatmu dapat beramal shalih dan betapa pula cerdikmu dan kesempurnaanmu.” Orang-orang yang baik akan menjawab : “Semua keagungan dan kesempurnaan itu kepunyaan Allah, bukan kekuatan atau kekuasaanku. Allahlah yang memberi taufiq kepadaku untuk mengerjakan amal yang Dia ridhai dan memberikan ganjaran yang besar dengan karuniaNya. Jika sekiranya tanpa karunia Allah, maka apalah nilai amalku ini dibandingkan dengan banyaknya nikmat Allah kepadaku. Bahkan dosaku yang banyak pula.”

6. Setelah jalan kelima gagal, maka setan mengajukan jalan keenam. Jalan ini lebih hebat dari yang telah disebut sebelumnya, dan tidak akan bisa terhindar terhadapnya kecuali orang yang pandai dan hidup pikirannya. Setan itu berkata membisikan di hati manusia : “Bersungguh-sungguhlah engkau beramal dengan sirr, jangan diketahui oleh manusia sebab Allah jugalah yang akan memperlihatkan amalmu nanti terhadap manusia dan akan mengatakan bahwa engkau seorang hamba yang ikhlas.” Setan mencampur-baurkan terhadap setiap orang yang beramal dengan amal tipuannya yang halus sekali. Dengan ucapannya itu setan bermaksud untuk memasukkan sebagian dari penyakit riya.

Orang-orang yang terpelihara oleh Allah menolak ajakan setan itu dengan mengatakan : “Wahai makluk yang dilaknak (Mal’un) ”tiada henti-hentinya engkau menggodaku, merusak amalku  dengan segala cara. Dan sekarang engkau berpura-pura seolah-olah akan memperbaiki amalku, padahal maksudmu untuk merusaknya. Aku adalah hamba Allah, dan Allah SWT yang menciptakan aku. Jika Allah SWT berkehendak untuk memperlihatkan  amalku atau menyembunyikannya, kemudian menjadikan aku mulia atau hina, ini adalah urusan Allah. Aku tidak gelisah, bersedih apakah amalku itu diperlihatkan Allah kepada manusia atau tidak, karena itu bukan urusan manusia.”

7. Setelah setan gagal menggoda dengan jalan keenam, maka ia menggoda lagi dengan jalan ketujuh dengan mengatakan : “Hai manusia, tidak perlu engkau menyusahkan dirimu untuk beramal ibadah, karena jika engkau  ditetapkan oleh Allah pada zaman azali dan dijadikan makhluk yang bahagia, maka tidak akan menjadikan madharat apa apa bagimu untuk meninggalkan amal. Engkau akan tetap menjadi orang yang bahagia. Sebaliknya jika engkau dikehendaki Allah menjadi orang yang celaka, maka tidak ada gunanya lagi engkau beramal dan tetaplah engkau celaka.”


https://www.majalahumdah.com/2020/06/pentingnya-menjaga-hati.html

Orang-orang yang terpelihara oleh Allah akan menolak godaan ini dengan mengatakan : “Aku ini seorang hamba dan berkewajiban menurut perintah Tuhanku. Tuhan Maha Mengetahui. Menetapkan sekehendak-Nya. Dan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Amalku tetap akan bermanfaat, walau bagaimanapun keadaanku. Jika aku dijadikan seorang yang berbahagia, aku tetap perlu beribadah untuk menambah pahala. Dan jika aku dijadikan seorang yang celaka, aku tetap harus beramal ibadah, supaya tidak menjadi hamba yang menyesal kendati  meninggalkan amal. Jika sekiranya aku dimasukkan ke neraka padahal aku taat, maka aku lebih senang daripada jika aku dimasukkan neraka karena aku maksiat. Namun tidak akan demikian keadaannya, sebab janji Allah SWT pasti terjadi, dan firmanNya pasti benar. Allah telah menjanjikan kepada siapa yang beramal taat kepada-Nya akan diberi ganjaran. Siapa-siapa yang meninggal dunia dalam keadaan beriman dan taat kepada Allah tidak akan dimasukkan ke neraka dan pasti akan dimasukkan ke surga. Jadi masuknya seseorang ke surga bukanlah karena kekuatan amalnya, tetapi karena janji Allah yang pasti dan .”

Rizky AR