Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pagi Bersama Dalail

Pagi Bersama Dalail


majalahumdah.com - Guru duduk dulu, sebentar lagi saja perginya. malaikat sebentar lagi turun, biarkan dia senyum senyum sendiri karena senang dengan nasihat angin malam di atas balai ini. Bukankah engkau sendiri yang menyamakan dengan pertemuan terakhir, kalau pun esok terulang maka tidak seperti malam ini. usai iduladha setelah lima tahun sebelumnya selalu ada pertemuan semacam ini. guru sebentar lagi.

Guru Yusuf adalah guru yang dengan hujan nasihat. Dan kita adalah sepetak tanah yang gersang. Selalu berharap hujan rintik lalu lebat lalu pelangi dengan pesonanya muncul. Alif adalah tanah kering yang suka main hujan. dia dimainkan oleh siapa saja boleh . mereka bisa tertawa. membentuk apa saja asalkan bahagia dan asalkan hujan itu selalu turun.

Ketika guru berdiri, selangkah dua langkah lalu turun meninggalkan balai Asasul Aslam. Jarum kehidupan melambat. ada yang akan pergi dengan curahan hujan. kering detik demi detik akan berlabuh seperti sedia kala. alif bertanya “adakah yang tersisa ?” keluh nya. 

Apakah doa enam tahun lalu ketika guru menjadi guru ujian sebentar lagi usai ? Dia mengenang asa dan doa nya enam tahun lalu. ketika itu guru yusuf adalah pengawas ujian tempat alif belajar. Dia membatin, "Ya Tuhan aku ingin dia menjadi guruku." Dan benar . Doanya diijabah oleh-Nya. Dua tahun setelah itu. Guru Yusuf Resmi menjadi guru pagi untuk kelas 2E.

Baca Juga: Rumah Pemusnah Kenangan

###

23 agustus 2013.

Saban hari alif menyusun kadiah kadiah, sang Ayah selalu saja tidak sepakat dengan natijah yang alif bagun. Bagi Ayah masa depan adalah topi toga dari kampus ternama di provinsi.

Ayah : Kamu sambung pendidikanmu ke kampus di kota ini, ayah sudah mengurus semua yang kamu butuhkan. Termasuk rumah yang akan kamu tempati.

Alif : Tapi yah... Alif pengen ke samalanga!

Ayah : Sudah berulang kali ayah katakan. kamu harus ke kampus. titik.

Ayah mewarisi segala kewibawaan. Dia ingin Alif meneruskan jerih payahnya di partai yang dia bangun dengan air mata dan makian. Dan Alif adalah tumpuan dalam meneruskan segalanya. 

Setiap Alif terus merayu hingga pada suatu ketika dia merubah rayuan dengan kaset dalail khairat dayah Mudi. Setiap pagi sengaja kaset diputar berharap asma Allah dan shalawat menghancurkan benteng yang ayah bagun selama ini. 

Baca Juga: Bukan Dia, Tetapi Tentang Kita

Tiba Tiba sebelum ayah berangkat ayah berkata “Silahkan alif pergi. silahkan ke Mudi” 

Cuma itu yang ayah ucapkan pagi 23 agustus 2013. dan itu sudah cukup membuat musim semi terjadi di dunianya.

Alif berpikir apa yang membuat segalanya berubah dengan seketika .?

alif heran. Diamnya dia membatin. “Semoga ini konspirasi alam sedangan semesta ridha”

Akhirnya ayah melepaskan Alif rihlah ilmiah ke dayah Mudi. Setelah semuanya atas nama ketidaksetujuan. Benar memang, retorika tak akan mengalahkan logika ayah bila tanda izin Allah. 

29 Agustus 2020, di kantor Dewan Perwakilan Rakyat.

“Saya bangga kepada anak saya, Alif, sudah tujuh tahun didayah” Pak Samsuar (Ayah Alif) kepada Pak Sabar temannya.[] 

Lebih menarik lagi: Kecantikan Bukanlah Segalanya