Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KIAI HASYIM ASY’ARI TENTANG PENDIDIKAN

KIAI HASYIM ASY’ARI TENTANG PENDIDIKAN
majalahumdah.com - Ahad, 22 Jumadits Tsani 1343 H, Kiai Hasyim Asy’ari selesai menyusun kitab “Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim”, sebuah karya yang disusun didasari oleh kesadaran tentang perlunya literatur yang membahas tentang etika (adab) dalam menuntut ilmu pengetahuan. Kitab “Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim” ini secara keseluruhan terdiri atas delapan bab yang dapat diklarifikasikan menjadi tiga bagian yang urgen, yaitu signifikan pendidikan, tanggung jawab dan tugas seorang murid, serta tanggung jawab dan tugas seorang guru.

Hasan Langgulung, membuat polarisasi terhadap karakteristik pemikiran pendidikan. Polarisasi itu didasari atas literatur-literatur pendidikan yang ditulis oleh sejumlah penulis muslim. Menurutnya, setidaknya ada 4 macam corak pemikiran pendidikan islam yang dapat dipahami, yaitu:

  1. Corak pendidikan yang awalnya adalah sajian dalam spesifikasi fiqh, tafsir dan hadis yang kemudian mendapat perhartian tersendiri dengan mengembangkan aspek-aspek pendidikan. Model ini diwakili oleh Ibn Hazm (384-486 H), dengan karya agungnya “al-Mufashshal fi al-Milal wa al-Ahwa wa an-Nihal.”

  2. Corak pemikiran pendidikan yang bermuatan sastra. Contohnya adalah Abdullah Ibn Muqaffa (106-142 H), dengan karyanya “Risalah ash-Shahabah”, dan Al Jahiz (160-225 H), dengan karyanya “at-Taj fi Akhlak al-Muluk.”

  3. Corak pendidikan filosofis. Contohnya adalah corak pendidikan yang dikembangkan oleh aliran Muktazilah, Ikhwan Ash Shafa dan para filosof.

  4. Corak pemikiran pendidikan islam yang berdiri sendiri dan berlainan dengan bebrapa corak diatas, tetapi ia tetap berpegang pada semangat Alquran dan Hadis. Corak yang terakhir ini terlihat pada karya Muhammad Ibn Sahnun (W. 256 H) dengan karyanya “Adab al-Mu’allim” dan Burhan Ad Dinal Zarnuji (W. 571 H) dengan karyanya “Ta’lim al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum.”


Jika mengacu pada opsi Hasan Lamggulung diatas, maka tampaknya “Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim” karya Kiai Hasyim ini dapat digolongkan pada corak terakhir. Selain itu, kitab ini juga mempunyai banyak kesamaan dengan kitab ”Ta’limul Muta’allim” karya Imam Zarnuji dan kitab “Tadzkiratus Sami’ wal Muta’allim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim” karya Ibnu Jama’ah.


Karakter pemikiran pendidikan Kiai Hasyim As’ari dapat digolongkan ke dalam garis mazhab Syafi’i. ini terbukti dari banyaknya argumen dan ungkapan-ungkapan yang dikutip dari ulama-ulama syafi’iyyah, bahkan Imam Syafi’i sendiri. Kecenderungan lain dalam pemikiran Kiai Hasyim Asy’ari ialah mengetengahkan nilai-nilai estetis yang bernuansa sufistik. Ilmu, menurutnya dapat digapai, bila pelaku ilmu tersebut suci dan bersih dari segala sifat yang jahat dan aspek-aspek keduniawian.


Pemikiran Kiai Hasyim lebih mengikuti pemikiran tokoh-tokoh Islam terkemuka-salah satunya- Imam al-Ghazali, ini terlihat dalam hirarki yang dibuat oleh Imam al-Ghazali tentang keutamaan ahlul ilmi dibandingkan ahlul ibadah. Sehingga pemikiran Kiai Hasyim ini tampaknya memberi kode bahwa yang yang menjadi sentral pendidikan adalah hati. Argumen ini secara tidak langsung menepis pendapat para tokoh dari aliran Progrefisme yang mengatakan bahwa yang menjadi sentral pendidikan adalah pemikiran dan kecerdasan, juga aliran Esensialisme yang menitik beratkan materi dalam proses pendidikan, hingga menjadikannya sebagai sentral pendidikan.


Perbedaan ini terjadi lantaran kecenderungan para filosofis Barat dalam memandang manusia lebih banyak didominasi oleh aspek antroposentris, sedangkan filosofis Islam lebih banyak memandang manusia dengan cara teosentris. Karena itu dalam pendidikan islam, tugas pendidik bukan hanya sekedar mencerdaskan pikiran, namun lebih dari itu adalah bagaimana membimbing, mengarahkan dan menuntun hati agar lebih dekat dengan Allah SWT.