Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nasehat Imam Sanusi (Yang Diungkapkan dalam Syarh Ummul Barahain)





Sedikit pada kesempatan kali ini kita melihat dan memahami nasehat yang disampaikan oleh Imam Sanusi dalam syarah ummul barahain. Nasehat tersebut bukan hanya untuk memahami hakikat ketuhanan atau mempelajari ilmu tauhid saja namun harus mampu diaplikasikan dalam menempuh manhaj kehidupan. Ulasan nasehat yang disebutkan oleh Imam Sanusi sangat banyak, mulai dari masalah cara membangun interaksi kita dengan Allah (yang disebut pada awal muqaddimah), juga masalah menjalani hidup dengan perspektif agama dan lain sebagainya.

Namun dalam tulisan kali ini penulis ingin sedikit menyampaikan penjelasan Imam Sanusi tentang bagaimana sikap kita dalam menghadapi derasnya arus globalisasi, teknologi, media sosial dan canggihnya alat informasi. Apakah kita akan diam saja dan ikut terbawa arus ? jawabannya tidak, walau kita tidak melawan arus tapi jangan sampai kita terbawa arus.

Untuk pertama Imam sanusi mewanti-wanti agar kita harus berhati-hati dalam berbagai kondisi, lebih-lebih lagi dalam mempelajari hakikat ketuhanan.Kemudian Imam Sanusi mengajukan kepada kita agar tidak meninggalkan mempelajari ilmu ketauhidan yang dengan hal itu kita terbebas dari api neraka, juga kita termasuk dalam firman Allah SWT (والوالعلم ) Orang-orang yang memiliki ilmu. Imam Sanusi juga memperingati kita agar tidak mudah terpengaruh dan terpedaya terhadap oarang-orang yang menyampaikan argumen tentang masalah ilmu kalam dengan retorika bahasa yang membuat kita kagum yang namum tidak ada sedikit pun makna maupun faedah yang terkandung di dalamnya.Orang seperti ini sudah bayak dijumpai pada masa Imam Sanusi lantas bagaimana lagi dizaman ini zaman yang jauh dari cahaya kerasulan.

Juga diantra artikel yang dimuat dalam syarh Ummul Barahain Imam Sanusi melarang keras kepada pemula agar tidak belajar atau membaca kitab yang mengandung kalam-kalam filosof,kalam yang lebih banyak membawa pemahaman logika disbanding realita.Walau hanya sekedar membaca saja tidak boleh apalagi berusaha untuk memahami makna dari kitab karangan mereka, karena dikhawatirkan nantinya kita tidak bisa memilah lagi mana yang benar dan mana yang salah.

Termasuk kitab Imam Fakhruddin Ar-Razi pun ikut dilarang padahal beliau ulama yang memiliki pemahaman ASWAJA . Hebatnya Imam Fakhruddin beliau menyebutkan dalam kitabnya tentang penolakan pendapat-pendapat filosof yang sering membawa logika namun dapat dibantah oleh Ar-Razi. Kepada orang-orang yang suka mempelajari karya-karya dari kaum fulasafah mereka akan memandang cahaya sebagai kegelapan. Semoga kita terlindung dari gagal paham mereka.

Oleh : Tgk.Ari Hidayat (Ketua Kafilah Ribatul Madinah )