Menjadi Faqih Lebih Baik Daripada ‘Abid
Belajar fiqih jauh lebih bermanfaat daripada memperbanyak ibadah yang tidak peduli dengan fiqh. Rasulullah bersabda,
يسير الفقه خير من كثير العبادة
“ Sedikit ilmu fiqh lebih baik daripada memperbanyak ibadah. “
Orang yang ‘alim fiqh sangat paham kapan ia harus berhenti dan kapan ia harus berjalan. Ia dapat menentukan sendiri arah jalannya, sehingga setan tidak akan mudah memperbodohinya. Namun sebaliknya, orang yang tidak mengerti fiqh akan sangat mudah dibohongi oleh setan, terkecuali jika ia selalu mengikuti orang-orang yang mengerti yakni ulama.
Namun untuk menjadi benar, tidak cukup dengan hanya dengan ilmu saja, dibutuhkan juga sifat wara’ untuk dapat melawan iming-iming setan. Orang memiliki sifat wara’ dan pengetahuan fiqh sangat luas menjadi sangat luas adan sulit dikalahkan oleh setan walaupun si setan telah berhasil mengalahkan seribu ahli ibadah, belum tentu setan dapat mengalahkan satu orang yang ‘alim fiqh dan wara’. Nabi bersabda
فقيه واحد اشد علي الشيطان من الف عابد
“Satu orang yang faqih lebih berat (dikalahkan) bagi setan daripada seribu ‘abid (Yang bodoh).”
Dahulu ada dua kelompok yang memperdebatkan mana yang lebih baik antara orang alim tapi fasik dan orang bodoh tapi ahli ibadah. Mereka saling berpegang teguh dengan pendapat masing-masing. Kemudian salah satu diantara mereka ingin membuktikannya.
Ia mendatangi tempat ibadah yang dihuni oleh orang yang selalu mengisi waktunya hanya untuk beribadah dan tidak memperdulikan ilmu. Dibalik tempat persembunyiannya, seseorang berseru padanya “ Wahai hambaku, aku telah mengabulkan semua doamu dan mengampuni dosa-dosamu, maka kamu tidak perlu beribadah lagi dan beristirahatlah.”
Dengan tololnya si bodoh menjawab “ Wahai Tuhanku, inilah yang selama ini aku harapkan. Aku bersyukur padamu atas hadiah ini.”
Kemudian orang tersebut mendatangi seorang alim fiqh yang gemar melakukan kefasikan. Ia mendatanginya ketika orang alim tersebut sedang mabuk membawa sebotol arak. Dari balik persembunyiannya, ia berseru kepada orang mabuk tersebut, “ Wahai hambaku, takutlah padaku,. aku tuhanmu, selama ini aku menutupi kesalahanmu, namun kamu masih tetap tidak malu padaku.”
Ternyata seketika itu si fasik keluar dari tempatnya dengan terhuyung-huyung sembari menghunuskan pedang yang dibawanya. Matanya melirik kesana-sini mencari siapa yang lancang berbicara seperti itu. Karena tidak ditemukan, dengan murka ia berteriak, “Wahai laknat, apa kamu tidak mengenal siapa Tuhanmu sehingga kamu mengaku-ngaku sebagai tuhan?. Kemarilah, aku akan memperkenalkanmu dengan tuhan melalui maut.”
Karena ketakutan, tanpa berpikir panjang, ia langsung lari terbirit-birit, ternyata orang yang alim walaupun fasik tetap lebih sulit ditipu daripada seorang ‘abid.
Perhatikan dan simaklah kisah dari Sulthanul Auliya (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani).
Ibnu Abil fath, salah satu murid Syeikh Abdul Qadir menceritakan kisah gurunya,. Suatu malam saat melakukan mujahadah menghadap Allah seperti biasanya, tiba-tiba muncul cahaya yang sangat terang nan memukau. Setiap orang yang melihatnya dari tengah cahaya tersebut muncul seorang sosok yang berseru kepada beliau “Hai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu, aku telah menghalalkan segala yang haram kepadamu.” Dengan lantang Syaikh menjawab “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Enyahlah dari tempatku wahai yang terlaknat.” Seketika cahaya itu menjadi redup dan sosok tadi berubah menjadi gumpalan asap dan berseru kepada beliau “Hai Abdul Qadir kamu selamat dari tipu dayaku, berkat ilmu syari’at yang kamu miliki dan pemahaman mu pada tingkatan saat ini sebenarnya aku telah berhasil menyesatkan 70 ahli ibadah dengan cara seperti ini.”
Gunakanlah setiap kesempatan yang kau miliki untuk memperdalam ilmu agama. Maka Insya Allah anda akan selamat dari godaan-godaan syaitan yang luar biasa menipu. Seorang pujangga syair mengatakan :
والعمر عن تحصيل كل علم
يقصر فابدأ منه بللأهم
وذالك الفقه فان منه
ما لا غني في كل حال عنه
Hidup ini tidak akan mengais semua ilmu, maka mulailah dengan yang paling penting * Yaitu ilmu fiqh, sebab fiqh setiap saat selalu dibutuhkan.”
From : Cadies Etrama De Raizel @abr.m7 Kelas 3I