Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Siti Hajar sang wanita mulia



    Siapa yang tidak kenal siti hajar? Setiap tahun berjuta-juta kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia yang melaksanakan haji menyaksikan jejaknya, mereka merasakan perjalan pahit yang pernah di rasakan wanita ini siapakah gerangan wanita mulia ini? Siti hajar adalah seorang wanita berkulit hitam legam dari ethiopia dan seorang hamba sahaya, ia tak berdaya dan tak berkuasa bahkan terhadap diri sendiri saja ia tak sanggup.

    Ia di bawa oleh sarah, istri nabi Ibrahim dari mesir ke kan’an(palestina) untuk menjadi pembantu di rumahnya. Sarah hingga berusia lanjut tetap mandul  hingga putus asa untuk dapat melahirkan anak yang di inginkan suaminya, oleh itu ia suka rela menyerahkan hamba sahaya yang di bawanya dari mesir kepada suaminya untuk di jadikan istri kedua, sarah berharap dari Rahim hajar akan lahir seorang putra untuk nabi Ibrahim AS.

    Harapan itupun terkabul, namun sebagaimana yang namanya wanita, sarah juga merasakan cemburu, ia pun menjadi tidak enak dan gundah, puncak kesabaran sarah menjadi habis ketika hajar melahirkan seorang anak laki yang mungil. Sarah menjadi terus-menerus mendesak suaminya agar menjauhkan hajar dari pandangannya. Maka pada akhirnya nabi Ibrahim pergi mengembara ke arah selatan  diikuti siti hajar sembari menggendong bayinya.

   Setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan, tibalah nabi Ibrahim bersama istrinya dan putranya di sebuah daratan tandus dan gersang, tidak ada satu manusiapun yang bertempat tinggal di tempat tersebut.  Di dekat bangunan-bangunan purba, nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan hajar dan putranya, mereka hanya berbekal sekantong kurma dan sewadan(qirbah) air minum untuk bertahan hidup.

    Setelah membuat sebuah arisy(semacam tanda) beliau berangkat ke tempat asalnya, sudah barang tentu hajar merasa ketakutan di tinggal bersama bayinya di tengah gurun, ia pun meminta agar suaminya menghentikan langkahnya dan tidak meninggalkanya. Hajar pun mengulang kembali permohonannya dengan suara melemas, tetapi nabi Ibrahim tetap berjalan, tidak menoleh dan tidak menjawab, hajar bertanya “wahai suamiku, apakah Allah yang memerintahkan engkau meninggalkan kami di tempat yang mengerikan seperti ini”.

    Beliau menjawab “iya” sambil terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, setelah mendengar jawabannya hajar seolah memiliki kekuatan untuk menerima kenyataan. Hajar menyerahkan nasibnya dan si bayi kepada Allah dengan penuh keyakinan, sementara di pandangannya terus menerus langkah nabi Ibrahim hingga setelah melewati belokan di belakang pasir .

  Setibanya nabi Ibrahim dengan khusyuk berdoa yang berartikan “ya Allah tuhan kami kutempatkan sebagian dari keturunanku pada sebuah lembah yang tidak pernah terdapat tumbuhan dekat rumah suciMu, ya Allah kami agar mereka menegakkan sholat dan engkau membuat hati sebagian mereka condong kepada mereka, serta karuniailah mereka berbagai buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Q.S. Ibrahim :37)

    Puncak kegundahan hajar adalah ketika perbekalannya sudah habis, sementara air susunya tidak lagi keluar, bayinya kini mulai berteriak kehausan, tangisnya semakin mengeras kemudian menurun wajah nabi Ismail kini semakin memucat pasi, setelah berlari-lari berbolak-balik diantara bukit shafa dan marwah ia tidak menemukan air. Hajar mencoba lagi  memasukkan puting ke dalam mulut nabi Ismail berulang kali, akan tetapi setiap kali di berikan bayi itu bertambah kuat jeritan tangisnya.

   Merasa tidak ada harapan untuk bisa menolong bayinya. Hajar menjauhkan diri dari anaknya yang dia anggap tak akan dapat bertahan hidup lebih lama lagi, ia menjauh karena tidak ingin menyaksikan bayinya meninggal di depan matanya sambil menutup muka dengan tangannya ia pun meratap “tidak, aku tidak mau melihat kematian darah dagingku”.

    Pada saat yang kritis itulah Allah menurunkan pertolongannya, Masya Allah tanah kering kerontong yang tandus memancarkan air di antara hentakan kaki bayi Ismail yang menangis kehausan, bekas hentakan kaki Ismail sampai sekarang memancarkan air terus-menerus, itulah sumur zam-zam, hampir seluruh jamaah haji dan umrah yang jumlah tak terhitung selalu mengambil air namun air itu tidak pernah kering, itulah kekuasaan Allah.

    Ujian Siti Hajar tidak  berujung di situ, memasuki usia remaja anaknya, datanglah Ibrahim AS yang bertujuan memberitau mimpinya “nabi(Ibrahim) berkata “wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku akan menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu. Dia(Ismail) menjawab: wahai ayahku, lakukanlah apa yang di perintahkan kepadamu, insya allah engkau akan mendapatiku sebagai termasuk orang bersabar (QS As-Shaffat:102).

     Begitu nabi Ibrahim akan menyembelih Ismail sebagai kurban secara tiba-tiba datang malaikat Jibril. Allah memerintahkan mu untuk menyembelih domba itu sebagai ganti kurban atas diri Ismail.

Oleh: subhan_almira (3k)