Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengkolaborasian 2 kesalehan



    Sering kita dengar dari kalangan muslim, orang yang mempertentangkan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Mereka memisahkan secara dikotomis antara 2 bentuk kesalehan ini, seolah-seolah dalam islam ada 2 macam kesalehan yaitu individual dan sosial. Dalam kenyataannya kita juga melihat masih terdapat ketimpangan yang tajam antara kesalehan individual dan sosial. Banyak orang yang saleh secara secara individual, namun kurang atau tidak secara sosial.

     Kesalehan individual kadang disebut juga dengan kesalehan ritual, kenapa? Karena lebih menekankan dan mementingkan pelaksanaan ibadah ritual, seperti salat, puasa, zakat, haji, zikir, dst. Disebut kesalehan individu karena hanya mementingkan ibadah yang hanya berhubungan dengan tuhan dan kepentingan diri sendiri. Sementara pada saat yang sama mereka tidak memiliki kepekaan sosial, dan kurang menerapkan nilai-nilai islami dalam kehidupan masyarakat.

    Sedangkan “kesalehan sosial” menunjuk pada perilaku orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami, yang bersifat sosial, bersikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat concern terhadap masalah umat, memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berempati, artinya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya. Sehingga orang merasa nyaman, damai, dan tentram berinteraksi dan bekerja sama dan bergaul sesama.

    Dalam islam, sebenarnya kedua corak kesalehan itu merupakan suatu kemestian yang tak usah di tawar kepada seseorang muslim. Agama mengajarkan “kesalehan dalam islam mestilah secata total”, ya kesalehan secara individual juga kesalehan secara sosial. Karena ibadah ritual selain bertujuan pengabdian diri sendiri pada Allah SWT juga bertujuan membentuk kepribadian yang islami sehingga mempunyai dampak positif terhadap kehidupan sosial.

   Dalam hadis dikisahkan, bahwa suatu ketika nabi SAW mendengar berita tentang seseorang yang rajin shalat di malam hari dan puasa di siang hari,  tetapi lidahnya menyakiti tetangganya, apa komentar nabi tentangnya, singkat saja “ia di neraka”. Dalam hadis lain di ceritakan bahwa seseorang sahabat pernah memuji kesalehan orang lain di depan nabi, lalu nabi bertanya “mengapa ia kau sebut saleh?” Tanya nabi, sahabat lalu menjawab “soalnya karena setiap saya masuk masjid ini dia sudah salat dengan khusyuk dan tiap saya pulang dia masih saja khusyuk berdoa”, lho lalu siapa yang memberinya makan dan minum?, Tanya nabi, lalu sahabat menjawab”kakaknya”, lalu nabi berkata “kakaknya itulah yang layak di sebut saleh”, sahabat lalu terdiam.

   Kesalehan tidak hanya di lihat dari ketaatan dan kesungguhan seseorang dalam menjalankan ibadah ritual saja, karena ini sifatnya hanya individual dan sebatas hubungan dengan Allah SWT, tetapi kesalehan juga dilihat dari dampak konkritnya dalam kehidupan masyarakat, kesalehan sangat tergantung pada tindakan nyata seseorang dalam hubungan sesama manusia.

    Bagaimana mungkin kita bisa membuat kemakmuran dan kedamaian bila tidak memiliki sikap yang baik terhadap sesama manusia. Dalam rangka itu, dianjurkan dalam islam memiliki nilai atau efik sosial yang di maksud tahzid (mengarahkan jiwa), ta’zid (membentuk karakteristik jiwa yang baik) serta tazkiyat an-nafs (penyucian jiwa), artinya semua itu pada akhirnya ditujukan untuk membentuk perilaku yang melakukan ibadah itu yang berefek memberi dampak sosial pada lingkungan sekitarnya. Kita lihat saja salat misalnya dimulai dengan takbir ini menunjukkan seorang muslim itu didasarkan kepada pengabdian kepada Allah SWT yang maha besar, setelah melakukan dialog dengan Allah, lalu meminta petunjuk jalan yang benar, kemudian shalat ditutup dengan salam kekanan dan kekiri, yang berarti diharapkan dapat memberikan efek sosial yang tinggi, menyebarkan perdamaian dan keselamatan bagi semua pihak baik yang disebelah kiri maupun kanan.

    Begitu juga puasa, implikasi sosialnya juga sangat jelas, diharapkan dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi maka seseorang akan mampu merasakan perasaan mereka yang kondisinya kurang beruntung, lalu mereka akan bersimpati terhadap derita orang lain, sehingga wajar sekali jika seseorang tidak mampu melakukan ibadah puasa lalu harus menggantikannya dengan fidyah (memberi makan kepada orang miskin). Ini mengajarkan kepada kita untuk memupuk kepekaan dan kesadaran sosial.

   Ibadah haji, sebagai rukun islam yang ke-5, di samping menekan nilai ritualnya, juga sarat dengan pesan-pesan moral sosial kemanusian, politik, hubungan internasional, perekonomian, dll. Nilai kesalehan sosial di balik peristiwa pengurbanan Nabi Ismail, mesti bisa dijadikan teladan bagaimana seharusnya kita mau berkorban untuk membangun kemaslahatan antar sesame.

   Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesalehan individual mestinya melahirkan social namun dalam kenyataannya selama ini terkesan bahwa banyak orang yang ibadah ritualnya baik, tetapi tidak memberi dampak dalam perilaku sosialnya. Sholat jalan terus tetapi perilaku buruk lainnya juga tak putus mulai dari dengki, iri, kurang bertanggung jawab pada tugas, kurang amanah, kurang memiliki etos dan semangat kerja, serta sikap yang melukai dan menyakiti orang lain.

   Dalam kesalehan sosial juga tercakup kesalehan professional yang menunjukkan sejauh mana perintah agama kita patuhi dalam kegiatan professional kita, agama adalah akhlak, agama adalah perilaku, agama adalah sikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama seperti halnya Islam. Jika kita hanya puasa, salat, baca Al-Quran, banyak berzikir namun dalam sikap keseharian masih suka memfitnah, menyebarkan kebencian, tidak amanah dsn bertanggung jawab pada tugas maka belum layak di sebut orang beragama dengan baik.

   Tetapi, bila saat bersamaan kita menjaga integritas diri, menjaga kesalehan sosial, kesalehan professional dan kesalehan terhadap alam, maka itulah sesungguhnya orang beragama. Sehingga dengan demikian kita semua berjalan menuju ridha ilahi. Hidup hanya sekali maka mari kita lakukan segala aktivitas yang menuju ridha ilahi, amin….

Oleh: ikram.ddn__