Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RELUNG RINDU SAHABAT KELIMA BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW. KETIKA BELIAU TELAH WAFAT

                    

                          


                              


 Bilal bin rabah. Siapa yang tak kenal nama itu. Beliau adalah seorang muadzin rasulullah ketika nabi hendak melaksanakan sholat. Yang mana bilal juga pernah berkata: “saya hanya muazzin rasulullah, dan saya tidak akan azan untuk siapapun setelah beliau wafat.” Katanya. Yang mana perkataan ini selalu di ulang-ulang olehnya, walaupun para sahabat selalu berusaha merayunya. Bahkan, ketika abu bakar orang yang paling berjasa menebus dan memerdekakannya ikut merayu, bilal tak bergeming. Bahkan para sahabat semakin sedih ketika bilal pindah ke syam[suriah]. Karena tak mampu lagi tinggal di madinah. Setiap kali bilal melihat sesuatu yang berhubungan dengan rasul, sedih makin bertambah. Kesedihan yang selalu disimpan dihati dan kini dibawa keluar negeri.

Setahun telah berlalu, ketika bilal pergi meninggalkan kota madinah, bilal juga merasakan tak punya siapa-siapa lagi disana. Namun pada malam hari, bilal bermimpi bertemu dengan rasulullah saw. “bilal'', apakah engkau tidak rindu kepadaku? Dan kenapa engkau tak mengunjungiku?.” Sabda rasul hadir dalam mimpinya, dan rasul tampak, sedih. Bilal terkejut! Dan bilal bangun dari tidurnya dan langsung berkemas-kemas. Malam itu juga, bilal memacu kudanya menuju madinah. Setibanya di makam rasulullah, bilal menangis, memeluk dan mencium makan kekasihnya itu.

Tak lama berselang, abu bakar berusaha. Kedua sahabat itu saling berpelukan dan menangis sejadi- jadinya. Setelah keadaan tenang, abu bakar berusaha mengorek alasan bilal meninggalkan kota madinah. “dahulu, setiap selesai adzan…” bilal menjawab dengan suara yang terbata-bata, aku  pasti mendatangi kamar rasul untuk mengabarkan bahwa waktu shalat telah tiba, lalu rasul keluar untuk memimpin shalat dan aku mengiringi dibelakangnya. Sekarang aku tak kuasa lagi untuk azan, karna rasulullah tak akan keluar lagi dari kamarnya.

Setelah beberapa hari bilal tinggal di madinah, bilal bertemu dengan hasan dan husein, dua cucu rasulullah saw. Yang saat itu masih berumur 9 dan 8 tahun, bilal langsung memeluk dan mencium keduanya erat- erat. “paman” seru hasan dengan manja. Apakah engkau mau adzan untuk kami pada waktu subuh nanti? Bilal tertengun, lalu menangis, bagaimana mungkin aku dapat menolak permintaan yang disampaikan lisan yang pernah dikecup oleh rasulullah saw. Maka ketika subuh tiba, bilal naik ke menara, tempat ia dulu biasa adzan dan ketika azan dikumandangkan, penduduk madinah terperanjat. Mereka ingat suara itu, suara yang telah lama hilang, mereka pun berbondong-bondong menuju masjid. Baca Juga : Himah di balik perjuangan menuntut ilmuku

 Suara bilal mengingat pada kenangan bersendu-sendu, bahkan sebagian sahabat ada yang menyangka rasul hidup kembali, karena adzan itu adalah untuk rasulullah saw. Tapi, ketika bilal hendak melantunkan kalimat “ asyhadu anna muhammadan rasulullah” mengingatkannya kepada sang kekasih, rasulullah saw. Gemuruh suara tangis semakin menjadi-jadi. Konon, tak ada isak tangis yang lebih memilukan setelah wafatnya rasul, melebihi tangisan pada malam itu. 

 Para pembaca sekalian ingatlah.  cinta memang tidak pernah dusta.  Walaupun tuduhan bid’ah boleh dilayangkan, seperti: ziarah ke makamnya telah dilarang, mencium makamnya dikatakan kafir, bekas rumahnya boleh digusur dan situ-situs bersejarah peninggalannya boleh dimusnahkan. Tetapi cinta kita kepada baginda rasulullah saw jangan pernah padam dan jangan lupa bersholawat kepada baginda nabi muhammad saw.

By : @Liandi_1173

class 4 R