Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hedonisme, Degradasi Nilai Syukur Masyarakat Modern

Hedonisme, Degradasi Nilai Syukur Masyarakat Modern


majalahumdah.com Dewasa ini, hedonisme menjadi gaya hidup yang trendi. Model hidup ini berhasil menghipnotis seluruh masyarakat modern tanpa pandang bulu meskipun dari level paling bawah dalam kasta kehidupan. Faktor digitalisasi mampu mengubah pandangan masyarakat yang umumnya konservatif menjadi lebih modern. Sayangnya, masyarakat yang sudah terkontaminasi dengan virus hedonisme menjadi biang kerok munculnya berbagai praktik kriminal di dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, hedonisme membawa kehidupan manusia untuk semakin egois dan apatis terhadap kepentingan bersama. 

Hedonisme menurut KBBI adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Ketika persepsi ini telah terdoktrin dalam jiwa setiap insan modern maka praktik kejahatan adalah hal yang wajar untuk memuluskan seluruh keinginan mereka. Konsekuensinya, manusia akan hidup untuk merenggut ambisinya masing-masing. Nilai-nilai etika akan tergerus habis di bawah bayang-bayang ekspektasi dan fatamorgana.

Setiap manusia hidup dengan pandangan dan ideologi yang berbeda-beda. Ketika hedonisme menjadi ideologi kehidupan masyarakat modern maka akan berakibat fatal bagi keberlangsungan kebahagiaan dan kenyamanan dalam kehidupan. Karena hal tersebut merupakan dasar utama terjadinya degradasi nilai syukur dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dekadensi syukur ini menjadikan manusia kehilangan sifat jati diri manusiawinya dan tenggelam dalam fantasi hewaninya. Hasrat untuk memenuhi keinginannya adalah prioritas utama dalam kehidupan dengan mengesampingkan kebutuhan.

Dalam kacamata agama, syukur menjadi tameng utama dalam mengontrol aktivitas manusia. Syukur selalu berjalan beriringan dengan sifat qanaah (merasa cukup terhadap apa yang telah dimiliki). Sehingga manusia senantiasa tidak lupa dan memahami koridor kehidupan di dunia ini. 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. telah memberikan gambaran teknik dalam menjalani kehidupan ini dengan normal tanpa bersinggungan dan melanggar etika, baik secara horizontal sesama manusia ataupun secara vertikal dengan Sang Khaliq. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Rasulullah Saw. bersabda:


أنظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Potret kehidupan ini telah digambarkan oleh Rasulullah Saw. melalui sirah kehidupannya. Rasulullah yang berstatus sebagai kekasih Allah sungguh memiliki jiwa dan keteladanan yang mantap. Dalam catatan sejarah, kita tidak pernah mendengar Rasulullah memohon agar beliau diberikan kekayaan yang melimpah agar lebih mulus dalam menjalankan misi dakwahnya. Bahkan sebaliknya, Rasulullah adalah orang yang paling menderita dan banyak pengorbanannya dalam memperjuangkan ketentraman dan peradaban yang lebih manusiawi. 

Rasulullah telah berhasil menenggelamkan sifat hedonisme masyarakat jahiliyah dengan berbagai syariat yang melarang seorang mukmin yang suka berlebihan dalam kehidupannya. Rasulullah menunjukkan nilai syukur, qanaah dan sabar sebagai modal dan perisai dalam menghadapi berbagai persoalan problematika kehidupan yang selalu dinamis. Beliau mampu menunjukkan dan memberi pelajaran berharga kepada kita tentang cara bersikap yang sederhana dalam kehidupan dan tidak tergoda dengan berbagai kemewahan yang ada di dunia ini. Meskipun kehidupan yang dijalani oleh Rasulullah mampu membuat tetesan, bahkan linangan, air mata para sahabat turun, seperti ketika Sayyidina Umar menyaksikan bekas goresan pelepah kurma di punggung Rasulullah ketika bangun dari tidurnya.

Di balik itu semua, ternyata Allah Swt. sedang menegur kita dengan tegas melalui pesan tersirat yaitu, “Rasulullah sebagai kekasihKu ibadahnya tidak ada yang mampu menandinginya tetapi dia tidak tergiur dengan harta dan keduniaannya.  Tetapi kalian kok bisa tergiur dengan hal yang paling hina bahkan tak ada harganya sama sekali. Dunia bagaikan bangkai yang busuk. Ketika kalian mengejar untuk mendapatkannya maka posisi kalian saat itu seperti anjing yang sedang mengejar bangkai busuk dan dengan bangga kalian memamerkan bahwa telah memperoleh bangkai busuk tersebut.” 

Pada titik ini, maka wajar Rasulullah tidak termasuk dari golongan di atas karena Rasulullah sadar terhadap apa yang menjadi destinasi dalam hidup ini dan tahu bagaimana memanfaatkan fasilitas dan sarana untuk mempermudah mencapai tujuan yang sesungguhnya. Berbeda dengan kondisi kita saat ini yang terlena dengan sarana dan prasana alias wasilah sehingga lupa dengan tujuan hakikat kehidupan di alam yang fana ini.

Oleh karena itu, untuk membentengi diri sendiri agar tidak terpengaruh dengan gaya hidup hedonisme ini, maka kita perlu melihat faktor-faktor penyebab penyakit ini kambuh. Setelah mendiagnosanya kita akan tahu obat apa yang mesti dikonsumsi untuk menstabilkan kembali kepada kehidupan yang normal.

Dari sekian banyak faktor, hal yang mempengaruhi masyarakat modern tergerus dalam dunia hedonisme secara garis besar ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dari sifat alamiah manusia sendiri. Karena manusia sangat berambisi untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan ini. Sehingga mengantarkan manusia terjerumus dalam gaya hidup hedonisme. Apalagi dibantu oleh berbagai sifat lainnya seperti rakus, iri dengki dan lain sebagainya sehingga kalau tanpa ada pengontrolan melalui kacamata agama maka dapat berakibat fatal bagi dirinya sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya.

Faktor eksternal adalah pengaruh dari luar kepribadian manusia itu sendiri baik dari lingkungan, informasi dan globalisasi. Maka wajar seluruh manusia saat ini banyak yang tergila-gila dengan dunia hedonisme karena mereka dapat melihat dan tertarik dengan manusia lain yang dapat dijangkau melalui berbagai macam media. Digitalisasi termasuk salah satu peran penting dalam membumikan gaya hedon masyarakat modern. Saat ini, kebutuhan dan keinginan sudah menjadi samar-samar bahkan fungsinya pun telah diputarbalikkan. Ironisnya pelesetan makna syukur dijadikan dalih dalam bergaya hedonisme. Nauzubillah.

Untuk mengatasi terjadinya degradasi nilai syukur masyarakat modern ini kita perlu memperhatikan beberapa hal agar dapat meminimalisir pengaruh hedonisme yaitu:

Pertama, memantapkan keimanan dengan menyadari tujuan hidup bukan untuk bermewah-mewah dalam perjalanan tetapi lebih fokus dengan tujuan utama yaitu negeri abadi di akhirat nanti. Kedua, hiduplah dengan sederhana dan merasa cukup terhadap apa yang telah dimiliki serta menjaga pergaulan agar terhindar dari pergaulan-pergaulan orang yang bergaya hidup hedonisme. Ketiga, mengetahui mana yang menjadi prioritas, agar dapat mengontrol antara keinginan dan kebutuhan. Keempat, dan merupakan hal yang terpenting adalah menerapkan konsep yang telah dicontohkan oleh Nabi muhammad Saw melalui sirah kehidupannya. Maka ketika kita memilih kehidupan yang ditempuh oleh Nabi berarti kita sedang menyongsong kebahagiaan dan kenikmatan yang abadi.

Oleh karena itu, pilihan ada di tangan kita masing-masing. Tergantung kemana akan kita arahkan dan kendalikan. Sepatutnya marilah kita mengubah persepsi keliru ideologi hedonisme yang sempat menjamur dalam masyarakat modern dengan menyiram serbuk rasa syukur, sabar dan qanaah sebagai tameng dan jalan untuk mencapai kebahagian abadi dengan mengesampingkan teori materi adalah sumber segala-galanya. Wallahu a’lam. 


Oleh : Tgk Muhammad Khalidin Aly