Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Isi Tausiah Abiya Madani Pada Malam Tabligh Akbar Maulid 1444 H. Lengkap !

Isi Tausiah Abiya Madani Pada Malam Tabligh Akbar Maulid 1444 H.  Lengkap !


majalahumdah.com Di awal penyampaian, Abiya Madani mengatakan bahwa perbanyaklah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena shalawat adalah cara seseorang dekat kepada Rasulullah SAW. Nabi bersabda:

أقرب أمتي إلي أكثرهم صلاة علي

"Sebaik baik ummat yang paling dekat denganku hari kiamat, ialah mereka yang paling banyak shalawatnya kepadaku."

Rasulullah SAW memiliki mukjizat yang begitu luar biasa. Dintaranya beliau Saw bisa mengeluarkan air dari jemarinya, terbelah bulan dan lain-lain. Beliau juga memiliki fisik yang juga sangat mempesona, wajahnya bak matahari yang tak mampu dipandang oleh mata telanjang sehingga tak gampang bahkan tak mampu untuk digambarkan. 

14 abad yang lalu baginda Rasul wafat tetapi maulidnya masih menjadi hal yang di idam-idamkan, di gemari oleh orang orang yang paham akan kelebihan dari maulid. nabi adalah sebab di ciptakan alam dan isi nya. Dalam hadis qudsi di sebutkan. Jikalau bukan karena engkau duhai Muhammad, niscaya tidak aku ciptakan alam raya ini.

Mukjizat dan fisik ini mampu menjadi bukti bahwa beliau adalah manusia terbaik, tak ada manusia lain yang lebih baik darinya, namun mukjizat dan fisik ini tidak untuk ditiru oleh kita sebagai ummatnya. Hal yang dapat ditiru darinya adalah berupa tingkah laku dan akhlak luhur beliau. 

Salah seorang 'Ibadush Shalihin pernah berujar:

محمد بشر لا كالبشر، بل هو ياقوت بين الأحجار

Muhammad manusia, namun tidak seperti manusia pada kebiasaan. Ia bak permata antara bebatuan.

Banyak penyair yang mendeskripsikan akhlak luhur beliau, namun sejatinya, seindah apapun syair itu, akhlak beliau tak mampu digambarkan seutuhnya.

Banyak kisah para sahabat bahkan ulama-ulama terdahulu yang mencontohkan akhlak luhurnya Rasulullah Saw. Salah satunya ialah Uwais Al Qarany, siapa yang tak kenal beliau? Seorang tabi'in yang zuhud yang namanya sangat familiar di kalangan ahli langit. Akhlak luhur beliau bukan hanya kepada sesama anak Adam, bahkan ke seekor anjing pun, akhlak luhur ini di aplikasikan.

Orang orang jahil selalu dalam kegelisahan. Hanya sedikit musibah hilang kesabarannya. Setiap musibah bagi orang jahil menjadi besar. Keculai musibah yang mereka tidak gelisahkan adalah musibah kejahilan mereka. Padahal itulah yang teramat besar. 

Dalam satu riwayat diceritakan, saat beliau sedang mengidap sakit lepra, beliau dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga saat itu Uwais mencari makan di tempat sampah. Tenyata saat itu, ada seekor anjing yang saat itu juga sedang mencari makan di tempat sampah yang ada di dekat beliau. Anjing itu menggonggong kepadanya. Namun beliau menghadapinya bukan dengan amarah, beliau sikapi dengan baik. Beliau katakan pada di anjing


أنا آكل مما يليني وأنت تأكل مما يليك. إن جزت الصراط فأنا خير منك، وإلا فأنت خير مني

"Aku akan memakan makanan yang ada di sekitarku, sedangkan kamu memakan makanan yang ada di sekitarmu. Andai di akhirat nanti, Aku bisa melewati titi shitaral mustaqim, maka aku lebih baik darimu. Namun saat Aku tidak bisa melewati titi shitaral mustaqim, hakikatnya kau lebih baik dariku.

Dapat disimpulkan dari ungkapan Uwais Al Qarany ini adalah semua kita hakikatnya sama, bahkan dengan seekor bahimah, yang dapat membedakan kita dengannya ialah saat di akhirat nanti, mampukah kita melewati titi shitaral mustaqim atau tidak. Kalau nyatanya kita mampu melewatinya, itu artinya kita lebih baik darinya. Kalau nyatanya sebaliknya, sungguh kita tak lebih baik darinya. 

Inilah akhlak luhur luar biasa yang dipraktekkan oleh para ulama-ulama terdahulu. Kalau ulama saja memiliki akhlak luhur seperti ini, maka jangan tanyakan empunya akhlak. Sungguh tak ada bandingannya juga tak mampu digambarkan seutuhnya.

Mahabbahnya para sahabat beliau kepada Nabi Muhammad SAW begitu luar biasa. Ada diantara mereka yang saking cintanya kepada Baginda Nabi Muhammad SAW rela menghibahkan putra kecilnya yang masih berusia 10 tahun karena tak tau apa yang harus dihadiahkan kepada Rasulullah SAW.

Bahkan pada satu riwayat, Bilal bin Rabah, salah seorang sahabat Nabi yang menjadi muadzin setianya Nabi berhijrah ke Syam, Syiria karena tak sanggup mengingat Rasulullah SAW, ia tidak tahan berada di Madinah, karena Madinah mengingatkan momen-momen indahnya bersama Rasulullah SAW. Bagaimana tidak teringat, setiap Nabi ingin shalat, nabi berkata kepada Bilal "arihna ya Bilal" (senangi kami ya Bilal) artinya kumandangkanlah azan untuk kami. Setiap azan pun, Bilal selalu memandang Nabi dan Nabi pun selalu berada di mihrab setiap kali Bilal selesai dari azannya.

Sehingga wajar ia berhijrah ke Syam, demi menghilangkan rindu mendalam kepada Baginda. Hingga akhirnya datanglah Hasan dan Husein kepadanya untuk memintanya kembali untuk azan setelah sekian lama azan tak lagi ia kumandangkan.

Maka bersyukurlah kita semua, diberikan nikmat menjadi salah satu dari ummatnya. Menjadi ummat ijabah, bukan ummat dakwah. Lebih-lebih lagi jika kita terpilih sebagai ummat ijabah yang "thalibul Ilmi" dan beramal dengan ilmunya.


Oleh : Tgk Muhammad Hadie Subulana