Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tragedi Kanjuruhan, Duka Sepak Bola Dunia, Bagaimana Islam Memandang Nyawa

Tragedi Kanjuruhan. Duka Sepak Bola Dunia, Bagaimana Islam Memandang Nyawa


majalahumdah.com Tragedi Kanjuruhan, saat Arema Vs Persebaya pada putaran Liga 1, Sabtu 1/10/2022 adalah tragedi yang menyesakkan sekaligus menyesalkan. Sepakbola yang seharusnya wadah persatuan berubah menjadi bencana. Masyarakat dunia, khususnya pecinta sepak bola tertuju perhatiannya kepada sepakbola Indonesia. Mungkin mereka heran mengapa Indonesia yang di kenal dengan budaya timurnya terjadi hal tersebut. Mana Indonesia yang ramah, dan santun?

Menko Polhukam Mahfud Md menyampaikan Tragedi Kanjuruhan disorot dunia karena menempati posisi kedua sebab jumlah korban jiwa mencapai 131 orang. Mahfud mengatakan tragedi tersebut menjadi pukulan bagi kita semua (Detik.com). Kapasitas stadion 38.000 tetapi yang tiket yang terjual 42.000. Suasana panik yang terjadi di stadion, masyarakat berdesak desakan untuk keluar tetapi yang terbuka hanya pintu/gerbang 14. Orang ter injak injak, 300 lebih luka luka. Korban yang jatuh bisa di katakan usia produktif, masih muda. Bahkan diantara mereka adalah anak anak kecil. Kanjuruhan! 

Sebagai agama yang fitrah, pada tragedi ini bagaimana Islam memadangnya? Sebab apapun konfiknya apalagi bila berkaitan dengan nyawa manusia tentu agama ini punya angle (sudut pandang) sendiri. Agama yang datang dengan konsep rahmatan lil ‘alamin. Rahmat bagi alam tentunya bukan manusia saja tetapi kebaikan bagi isi alam. Manusia, bintang, lingkungan. Islam bukan hanya shalat, zakat, puasa, haji. Islam agama akhlak, ketertiban, keindahan, kemajuan dll. Agama islam adalah timbangan untuk bersikap. The way of life. Lalu bagaimana agama Islam memandang nyawa manusia. Konon lagi di zaman ini, harga nyawa manusia seperti sedang diskon besar besaran. 

Allah Swt berfirman dalam Alquran:

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” (QS: Al-Maidah: 32). 

Ayat ini peringatan bahwa agama islam tidak membenarkan terjadinya pembunuhan dengan alasan yang tidak dibenarkan syara’. Bahkan, sekedar kulit pisang tidak boleh bila di campak sembarangan karena di khawatirkan membuat orang lain celaka. Apalagi yang digunakan adalah sesuatu yang potensi membahayakannya sangat besar tentu kehati hatian dalam penggunaan harus ekstra.

Dalam Islam nyawa dipandang sesuatu yang sangat berharga, dalam Islam ada serangkaian hukum sebagai wujud perhatian Islam akan penjagaan nyawa manusia. Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho ad-Dimyathi menerangakan bahwa di syariatkan qisas untuk menjaga jiwa, di bunuh si murtad untuk menjaga agama, had bagi pen zina untuk menjaga keturunan, had bagi pencuri adalah untuk menjaga harga, dan had untuk pemabuk untuk menjaga aqal. (I’anatuth Thalibin jid 4). Jadi sangat tidak benar hanya karena beda klub sepakbola kita saling bermusuhan konon lagi membunuh

Dalam tragedi Kanjuruhan ada yang menyalahkan polisi karena mereka yang menyemprot gas air mata yang kemudian membuat penonton panik, ada yang berspekulasi karena panitia melakukan pertandingan tersebut terlalu malam, ada yang mengatakan supoterlah yang salah karena terlalu fanatic, lupa akan akal sehat. Entahlah apapun sebabnya kita harus saling intropeksi diri, masalah tidak akan selesai dengan saling menyalahkan saja. Kita percayakan penyelesaiannya kepada penegak hukum. 

Mari kita pandang kedepan bila kita peduli dengan bangsa yang besar ini, dan mendoakan teman teman kita yang meninggal dalam tragedi Kanjuruhan. Kata mereka, "tidak ada sepakbola yang seharga nyawa manusia. bila memang sepakbola harus di bayar dengan nyawa maka sepakbolalah yang harusnya tidak ada". Sepakbola tetaplah sepakbola. Dia selalu di kaki.


 Oleh : Rizky Ramadhana AR