Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Abu Hasan al-Asy’ari; Sang Pencetus Ahlussunnah wal Jama’ah




majalahumdah.com | Segenap santri dayah di berbagai pelosok negeri tentu sangat mengagumi nama Imam al-Asy’ari, Sang Pencetus Ahlussunnah wal Jama’ah. Nama beliau sangat sering disebut dalam setiap kajian ilmu tauhid. Bahkan beliau dinisbatkan kepada paham Aswaja itu sendiri.

Sayyid Murtadha az-Zabidi dalam kitabnya Ittihaf Sadatil Muttaqin, syarahan atas kitab Ihya Ulumiddin menyatakan bahwa jika disebut Ahlussunnah wal Jama'ah maka yang dimaksud adalah mereka orang orang yang mengikuti Imam al-Asy'ari dan Imam al-Maturidi.

Abu Hasan al-Asy'ari lahir di Yaman pada tahun 260 H atau bertepatan dengan tahun 873 M. Beliau merupakan putra dari Syekh Ismail. Nasab beliau dari jalur ayahnya, yaitu Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Abi Bisyr Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari.

Nama al-Asy'ari merupakan nisbat pada Asy’ar, nama seorang laki-laki dari suku Qahthan yang kemudian menjadi nama suku dan tinggal di Yaman. Dari suku Asy'ari ini, lahir seorang sahabat terkemuka yang terkenal sangat alim, sehingga termasuk salah satu fuqaha di kalangan sahabat Nabi, yaitu Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy'ari, yang lahir pada 22 tahun sebelum Hijriyah, dan wafat tahun 44 Hijriyah/ 665 Masehi.

Penduduk Yaman memiliki rasa ingin tahu yang kuat akan persoalan penting dalam pandangan agama, yaitu seputar Keesaan Allah yang bersifat qadim (tidak ada permulaannya) dan eksistensi alam yang bersifat baharu (hudus) yang merupakan materi penting dalam pembahasan ilmu tauhid.

Berdasarkan fakta tersebut, para ulama ahli hadits seperti al-Hafizh Imam al-Baihaqi dan ulama lainnya berpandangan bahwa karakter Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari yang gemar mendalami ilmu tauhid dan mengantarnya menjadi pemimpin Ahlussunnah wal Jama'ah dalam bidang tauhid, merupakan karakter bawaan dari leluhurnya yang memiliki cita-cita luhur untuk menguasai ilmu pengetahuan dan mendalami persoalan tauhid yang sangat penting dengan bertanya secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam hal ini, al-Hafizh Imam al-Baihaqi berkata : “Pertanyaan penduduk Yaman kepada Nabi Muhammad tersebut, menjadi bukti bahwa kajian tentang ilmu tauhid dan baharunya alam telah mejadi warisan keluarga al-Asy’ari dari leluhur mereka secara turun temurun".

Berdasarkan keterangan diatas, tidak aneh bila dikemudian hari, dari kalangan suku al-Asy'ari lahir seorang ulama yang menjadi pemimpin Ahlussunnah wal Jama'ah dalam memahami dan mempertahankan akidah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad & dan sahabatnya, yaitu al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari.

Semasa hidupnya, Imam al-Asy'ari belajar langsung dengan Abu Ishaq Al Marwazi, Syekh Zakaria as-Saji, seorang ulama besar Ahlussunnah wal Jama’ah, dan Syekh Ali al-Juba’I (ayah tiri), seorang ulama dari golongan Mu'tazilah. Namun Syekh Ibnu Asakir dalam kitabnya Tabyiin Kadziib al-Muftari menjelaskan bahwa beliau (Imam al-Asy'ari) menolak dengan keras pemikiran Syekh Ali al-Juba’i dalam banyak perdebatan sebagaimana disebut dalam sejarah.

Beliau banyak meninggalkan penerus yang melanjutkan paham Ahlussunnah wal Jama’ah, seperti al-Hafizh Imam al-Baihaqi (384-458 H/994-1066 M) penulis al-Sunan al-Kubra, al-Hafizh Abu Nu’aim (336-430 H/948-1038 M) penulis Hilyah al-Auliya’, al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi (392-463 H/1002-1072 M) penulis Tarikh Baghdad, al-Hafizh al-Khaththabi (319-388 H/932-998 M) penulis Ma’alim al-Sunan, al-Hafizh Ibnu al-Sam’ani (506-562 H/1112-1167 M), al-Hafizh Ibnu Asakir al-Dimasyqi (499-571 H/1102-1176 M) penulis Tarikh Dimasyq dan Tabyin Kidzb al-Muftari, Imam al-Nawawi (631-676 H/1234-1277 M) penulis al-Majmu' Syarah al-Muhadzab, al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani (793-852 H/1391-1448 M) penulis kitab Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari serta kitab Bulugh al-Maram, Imam al-Qurthubi (w. 671 H/1273 M) penulis Tafsir al-Qurthubi, Imam Ibn Hajar al-Haitami (909-974 H/1504-1566 M) penulis kitab al-Zawajir, Syaikhul Islam Zakariyya al-Anshari (826-925 H/1423-1520 M) penulis kitab Fath al-Wahhab, dan masih banyak ulama lainnya.

Karya-karya Imam al-Asy'ari yang terkenal seperti Kitab al-Ibanat ‘an Usul ad-Diyanah, Kitab Risalah fi Istihsan al-Khaudh fi ‘Ilm al-Kalam, Kitab al-Luma’, dan Kitab Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Musallin. Imam al-Asy'ari wafat pada tahun 330 H atau bertepatan pada tahun 947 M.


Redaksi, dikutip dari berbagai sumber.