Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Menasihati Agar Sampai Ke Hati

Tips Menasihati Agar Sampai Ke Hati


majalahumdah.com-Nasihat memiliki peran penting dalam keberlangsungan syariat. Dalam surah al-alaq ayat 3 disebutkan bahwa antara kriteria orang yang tidak merugi adalah orang yang saling berwasiat dalam kebaikan dan sabar. Meski penting memberikan nasihat tidak boleh sembarangan.

Nasihat yang disampaikan dengan cara yang salah justru bisa jadi bumerang yang merugikan pihak yang menasihati ataupun yang dinasihati. Disini kita akan membahas beberapa adab menasihati supaya nasihat kita bisa sampai ke hati. 

1. Memberikan Nasihat Dengan Ketulusan

Hal pertama yang perlu diperhatikan saat memberi nasihat adalah apa tujuan kita menasihati? Sebelum memberi nasihat kita perlu bertanya ke lubuk hati apa tujuan kita menasihati. Tujuan yang baik menambah peluang nasihat kita diterima jika yang kita dapat adalah sebaliknya tujuan kita masih belum tepat seperti ingin dinilai bijak atau ingin mengejar popularitas maka yang seharusnya kita lakukan terlebih dahulu adalah nasihati diri kita sendiri. Selanjutnya nasihat yang kita sampaikan juga harus karena Allah. Dengan niatan yang benar maka berhak mendapat pahala dan balasan dari Allah. Jika sebaliknya tujuan kita bukan karena Allah maka nasihat yang kita sampaikan justru membuka peluang ditimpanya susah kepada kita. Niat yang salah juga berpengaruh kepada objek yang kita nasihati, jika kita salah niat justru orang yang kita nasihati bisa semakin menjauh.

Diantara penyakit yang sering menyerang para pendakwah adalah hasrat ingin populer bukan yang mengundang kebaikan. Hasrat semacam ini justru banyak menarik keburukan. Buah yang diharapkan dari nasihat yang disampaikan pun akan semakin sulit dicapai.

2. Nasihat Disaat Sendiri 

Imam Syafi'i pernah berkata barangsiapa mau menasihati saudaranya secara sembunyi-sembunyi berarti ia telah menasihati dan mengindahkannya, barangsiapa menasihati secara terang-terangan berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya. Para ulama salaf jika ingin menasihati seseorang mereka akan melakukannya secara sembunyi-sembunyi sekiranya hanya mereka dan orang yang nasihati saja yang tahu. Ini memang tidak perlu disampaikan dengan cara menghardik di depan umum yang demikian justru membuat objek yang dinasihati merasa dipermalukan bukannya berhenti dari kesalahan maka justru akan semakin menjadi-jadi berbuat kesalahan. Demikian juga berpotensi menimbulkan kebencian di hati pihak yang dinasihati, memunculkan persepsi buruk dimata masyarakat juga bisa memutus ikatan ukhuwah antara orang yang menasihati dengan pihak yang dinasihati.

3. Menasihati Dengan Lembut Dan Beretika 

Menasihati orang lain ibarat sedang membuka pintu. Sebuah pintu tidak akan terbuka kecuali dengan kunci yang pas. Penasihat dituntut untuk mencari kunci atau metode yang pas agar nasihatnya mudah diterima. Berdasarkan penuturan para ulama tidak ada metode yang lebih baik daripada berlemah lembut dalam memberi nasihat. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “tidaklah keramahan terdapat dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya. 

4. Tidak Perlu Sakit Hati Bila Nasihat Tidak Terima 

Setelah menasihati, hal terakhir yang mesti kita lakukan adalah berpasrah kepada Allah. Tugas kita hanyalah menasihati, diterima atau tidak itu urusan Allah. Allah yang yang memberi petunjuk Allah pula yang menggerakkan hati hamba-Nya untuk menerima nasihat. Kita tidak perlu memaksa orang yang kita nasihati untuk melaksanakan setiap nasihat kita, juga tidak perlu bersedih jika mereka tidak menggubrisnya. Langkah terakhir setelah menasihati adalah mendoakan. Boleh jadi dengan sentuhan doa justru lebih mengena daripada menasihati lewat lisan.