Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wanita Shalihah dan Peran Mereka di Masyarakat


majalahumdah.com — Wanita muslimah adalah wanita yang menjalankan syariat Islam dengan baik dan benar, namun disisi lain wanita jika tidak menjalankan ketentuan-ketentun itu, maka akan timbul permasalahan akut yang akan menjangkit kepada lingkungan bahkan bisa menghancurkan tatanan sebuah negara, dimana hancur dan baiknya sebuah komunitas dalam sebuah bangsa tergantung wanita yang berada dalamnya, hukama (ahli hikmah) pernah berkata.

النساء عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد

“Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah negara dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.”

Seakan terdapat sebuah dedikasi yang sangat besar bagi kaum wanita dimana wanita seakan menjadi puncak segala reformasi peradaban, pemegang kontrol arah perjalanan sebuah bangsa, namun tentu makna disini bukan dalam arti yang sebenarnya, melainkan secara implisit tersirat dua makna yaitu:

Mendidik Generasi 

Bahwa dari wanitalah lahir tokoh-tokoh hebat mendunia, bahkan dapat mengubah tatanan sebuah negara atau setidaknya mereka orang-orang hebat kerap didampingi wanita yang lebih hebat disisinya. Oleh karena itu  sangat dibutuhkan wanita hebat untuk menciptakan negara hebat, sangat membutuhkan wanita cerdas  menciptakan generasi cerdas, berbobotnya generasi tergantung bagaimana wanita yang ada di sana.

Wanita itu harus bisa menguasai keilmuan yang memadai, tidak cukup hanya bermodalkan kecantikan saja, memang sih wanita itu sangat identik dan bahkan menjadi tabiat mempunyai sikap penyayang, meski ada juga sebagian wanita yang buruk perangainya, namun lebih banyak dijumpai wanita yang baik budi, berhati lembut, dan memiliki belas kasihan melebihi kaum lelaki rata-rata, namun sangat sulit mencari wanita yang mengungguli lelaki dalam perihal keilmuan, seakan wanita diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang terbatas nalarnya hanya mempunyai kapasitas pemikiran yang tidak akan pernah dapat mengungguli kaum lelaki perihal keilmuan.

Padahal hakikatnya hanya saja setelah mereka sampai kepada taraf memperbaiki, namun merasa  sudah puas dan memadai untuk dianggap pantas menjadi seorang wanita yang patut dikagumi oleh lelaki-lelaki baik, belum lagi jika ia mempunyai paras rona wajah yang membuat lelaki bertekuk lutut mengemis cintanya, setelah sampai di jenjang itu sangat sedikit para wanita mencoba bangkit dari akut nya kekurangan intelektualitas, padahal yang dimaksudkan dalam kata-kata hukama di atas tidak lain untuk menempatkan wanita dipuncak cyircle rantai kesuksesan sebuah negara dilatar belakangi ada wanita-wanita hebat dibelakangnya, mereka tidak muncul dipermukaan, namun dedikasinya sangat berarti bagi dunia.

Kaum Muslimin di dunia, kita sangat tahu sabda Nabi bahwa Sayyidah Aisyah merupakan perempuan paling cerdas dan termasuk ulama terkemuka. Al Dzahabi juga menginformasikan bahwa lebih dari 160 ulama laki-laki dari kalangan sahabat dan tabi'in terkemuka yang berguru kepada Siti Aisyah. Diantara lain Ibrahim al-Taimi, Thawus, al-Sya’bi, Sa’id bin al-Musayyab, Sulaiman bin Yasar, Ikrimah dan lain-lain.

Lalu siapa yang kenal dengan Imam As-Syafi’i, merupakan salah seorang pelopor mazhab terbesar di dunia, beliau mampu berada dipuncak khazanah keilmuan Islam, Sejarah telah mencatat ia adalah putra dari seorang wanita menjanda yang bernama Fatimah binti ubaidillah, merupakan seorang wanita cerdas dan baik hati, ia telah berhasil membuktikan kepada dunia bahwa seorang wanita biasa mampu mengubah dunia, yaitu melalui gen kecerdasan dan keuletannya dalam mendidik seorang putra yang telah menguncang kan dunia sampai hari ini, tentu yang diwariskan Fatimah kepada sang Imam bukan hanya berupa keshalihan dan ketaatan tetapi juga kecerdasan. Begitu pula halnya wanita bodoh dan malas akan melahirkan generasi yang tidak jauh berbeda darinya, karena gen wanita dominan diturunkan kepada anaknya.

Menciptakan Lingkungan Baik

Di Tarim sangat sulit ditemui kaum perempuan memperlihatkan wajahnya di khalayak ramai. Sekalipun mereka bekerja di ladang atau mengembala kambing di kawasan kering lereng perbukitan, mereka tetap jauh dari pandangan kaum lelaki. Perempuan Tarim tetap memakai niqab/berpurdah hitam. Wanita Tarim tidak akan memilih jalan yang ada lelaki bukan mahramnya, jika ada, mereka akan memilih jalan lain atau menjauh sejauh-jauhnya. 

Wanita di wilayah ini terbiasa sejak kecil dibesarkan di lingkungan ulama. Siang malam mereka berada dalam majelis ilmu, belajar Alquran, adab, akhlak, dan tasawuf. Mereka besar dalam suasana tidak mengenal radikalisme dan kebiadaban, tidak mengenal wajah orang fasik, sehingga para wanita Tarim lebih aman dari perlakuan pria-pria kejam dan penuh nafsu tatkala melihat wanita, dan juga di sana tidak ada pelaku zina, karena jangankan ingin berzina melihat wanita saja jarang didapatkan, pada dasarnya lingkungan lah yang menciptakan zina, wanita-wanita mengumbar aurat atau lekukan tubuh kerap memancing pria mendekatinya.

Belum lagi semua generasi kota Tarim lahir dari rahim-rahim wanita mulia itu sehingga mereka yang lahirpun ikut mulia, maka sangat wajar kota tarim digadang-gadang sebagai syurga didunia, kota yang begitu tentram dan aman, tidak ada penindasan, karena setiap harinya dipenuhi rutinitas belajar mengajar dan mengamalkan. 

Dari sini kita mengerti, ternyata lingkungan yang baik dilatar belakangi oleh wanita-wanita baik, mereka melahirkan generasi baik, mereka menuntun pelopor-pelopor baik untuk membina sebuah bangsa menjadi lebih baik, belum lagi mereka menjaga diri dengan meminimalisir interaksi dengan lawan jenis agar menjaga para lelaki tetap menjadi orang-orang baik. 


Oleh : Tgk Nismul Fadila