Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Takdir yang Tertulis Pasti Terbaik, Meskipun yang Terbaik Bukan yang Terindah

Takdir yang Tertulis Pastilah yang Terbaik, Meskipun yang Terbaik itu Bukan yang Terindah


majalahumdah.com-Setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing. Ada orang yang ditakdirkan penuh kebahagiaan, ada pula yang ditakdirkan untuk menjalani beragam cobaan menyakitkan. 

Takdir yang dituliskan Allah merupakan hal terbaik dalam hidup kita, walau terkadang yang terbaik itu tak selalu indah. 

Takdir memang sudah digariskan, tetapi bukan berarti tidak pernah berubah. Diantara dua macam takdir yang disebutkan di dalam kitab Tuhfatul Murid karya Imam al-Bajuri halaman 96, ada takdir yang bisa berubah sepenuhnya, yaitu takdir muallaq. Dalam kitab tauhid ini, Imam al-Bajuri juga menyebutkan takdir yang pasti terjadi, yaitu takdir mubram.

1. Takdir Muallaq 

Yaitu takdir yang bisa berubah secara utuh, berbeda sepenuhnya dari takdir yang awalnya tertulis. Takdir ini dapat berubah berdasarkan terpenuhinya syarat tertentu, seperti berdo’a atau beramal shaleh. Misalnya, kita ditakdirkan kaya, namun di 'Azali Allah telah menulis jika bermaksiat maka ia menjadi miskin. Atau ditakdirkan miskin, tetapi jika beramal shaleh dan berdoa maka akan menjadi kaya. 

2. Takdir Mubram 

Yaitu takdir yang pasti terjadi, namun hanya cara terjadinya yang mungkin berubah karena Allah memberikan kelembutanNya kepada orang yang berbuat kebaikan dan berdo’a. Seperti ditakdirkan bahwa hari ini kita akan ditimpa bebatuan besar, tapi karena kebaikan dan amal shaleh serta do’a yang kita perbuat  hari ini, batu tersebut memang mengenai kita, namun berubah dalam bentuk kerikil yang banyak. 

Begitu pula kematiaan dan umur seseorang, itu pasti terjadi dan tidak berubah. Hanya saja, terkadang, cara berubah atau maksud dari ditambah umur adalah dengan cara umurnya diberkati (bertambah dalam kebaikan). 

Dengan pengetahuan tentang takdir ini, maka marilah berusaha untuk terus menjadi lebih baik. Terlepas bagaimana takdir yang tertulis, kita perlu menempuh langkah-langkah yang baik demi bertemu dengan takdir yang baik. Karena Setiap dosa dan ibadah yang kita lakukan selalu bisa merubah takdir dan haluan hidup kita. Jika itu ibadah, maka akan berbuah takdir yang manis di dunia terlebih di akhirat. Jika itu maksiat (dosa) maka akan berujung pada kesengsaraan di dunia dan tentunya di akhirat.

Dan, jangan lupa sertakan doa dan harapan atas segala usahamu. Sebab, doa itu bagaikan benteng dalam bertahan, dan ibarat pedang dalam berjuang. Sementara harapan, itu adalah gelora semangatmu, yang memperkokoh dirimu untuk menggenggam erat benteng pertahanan, dan memperkuat jiwa berjuangmu dalam ayunan pedang.

Dan jangan pernah bersedih, jika usaha dan do’amu berbanding terbalik dengan harapan. Jangan membenci takdir, dan jangan membenci usahamu. Manusia memang wajib berusaha, namun bukan wajib berhasil. Manusia bisa berencana, namun hasil akhir adalah hak Sang Pencipta. 

Kita wajib bersyukur, atas beragam nikmat dalam hidup. Allah telah memberikan ribuan nikmat hebat; nikmah iman, dan nikmat islam. Tidak perlu mengeluh kehilangan nikmat yang kecil sekali. Beryukurlah bahwa hari ini, kita masih beriman, sehingga tidak kekal di dalam neraka jahannam. Bersyukurlah bahwa hari ini kita menjadi orang islam, sehingga semua ibadah dan kebaikan kita terhitung sebagai pahala. Dan semoga, kita masih memiliki nikmat iman dan islam ini, mempertahankannya sehebat mungkin atas ijin Allah, walaupun diatas sakitnya sakratul maut dimana sekaligus kita kehilangan sebagian akal pula.

Maka tidak perlu khawatir, jika hidup kita ternyata biasa-biasa saja, bahkan, seringkali berhadapan dengan masalah dan cobaan yang tak kunjung berakhir. Karena kita belum kehilangan sesuatu yang penting. Kebahagiaan di dunia ini, bukanlah sesuatu yang penting. Hidup mulus di dunia, bukan berarti indah. Keindahan sejati hanyalah di akhirat; di dalam surga. Disanalah layak disebut kebahagiaan. Maka jika akhirat yang menjadi fokus kebahagiaan kita, kita tidak akan peduli seberapa sakit takdir di dunia ini. Dan andaipun pernah menjatuhkan air mata, itu sekedar menampakkan kelemahan diri, yang membawa kita untuk meminta pertolongan kepada Allah, hanya berharap segala sesuatu kepada Allah. 

Untuk aku, kamu dan kita, teruslah menjadi baik, milikilah harapan untuk menjadi baik. Jika pernah salah, cobalah untuk menyadari bahwa itu adalah kesalahan, dengan menjadi penuntut ilmu agama, lalu segeralah memperbaiki kesalahan tersebut. 

Untuk aku, kamu dan kita, semoga mampu bertahan dari ribuan sakit dunia ini, demi kebahagian sejati di akhirat nanti. Semoga kita bahagia, meskipun tidak ditakdirkan bahagia di dunia, tapi semoga ditakdirkan bahagia di akhirat nanti..Aamiin.

Oleh: Tgk. Salamuddin AY