Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Moderasi bukan Toleransi, Jangan Gagal Paham!

Moderasi bukan Toleransi, Jangan Gagal Paham!

Mengapa ada pembahasan moderasi beragama, padahal Islam adalah agama yang moderat. Kenapa wacana ini harus di bincangkan? setiap tahun Negara kita menambah alat perang. Setiap tahun. Apakah peperangan itu terjadi? tentu tidak, dan tidak ada orang yang ingin berperang. Tetapi guna alat dan tentara ini adalah untuk menjaga musuh dari luar dan terkadang dari dalam pun ada terjadi gesekan. Di sini upaya pemerintah adanya moderasi agama supaya keberagamaan kita dalam keberagaman tidak menjadi ancaman untuk untuk yang lain. Dari sinilah penting moderasi beragama.

Kita harus yakin bahwa Islam agama yang moderat. Allah berfirman bahwa umat ini adalah umat yang wastha (pertengahan) ayat ini yang menjadi dalil. Wasat itu adil, dan qawamah atau lurus. Imam Qurtubi dalam tafsirnya dalam menafsirkana ayat ini. Bahwa Islam ini di tengah. Tidak melampi batas dan tidak mengurangi agama itu. Keimanan kita kepada rasul, bahwa Nabi Muhammada adalah seorang rasul dan tidak sampai menuhankan beliau Saw. Orang Nasrahi mereka ifrad atau melampoi batas. Sedangkan Yahudi adalah kelompok yang tafrid atau abai. Mereka banyak membuang ayat suci karena tidak sesui dengan hawa nafsu mereka. Sedangkan Islam yang kita anut berada di tengah.

Dalam amaliyah kita juga di tengah. Misalnya perempuan yang haid, dalam Yahudi perempuan yang haid akan dijauhi dari rumah. Agama Nasrani, perempuan haid mereka bolehkan semuanya. Yang satu melarang semuanya dan yang satu lagi membolehkan semua. Imam Qurthubi menjelaskan hal ini dalam kitabnya. Islam membolehkan makan bersama dan pada beberapa hal kita dilarang untuk bercampur dengan mereka dengan melakukan hubungan suami istri.

Moderasi beragama adalah bagaimana kita mengekspresikan agama kita dalam ibadah dan hubungan social. Tidak semua orang Islam berhasil mengaplikasikan Islam yang moderat ini dalam kehidupan.

Ada moderasi pada pemikiran dan amaliyah. Jangan terlalu berlebihan dalam mempersepsikan Islam. Mereka agama terlalu sempit dalam pemikiran akan Islam membuat mereka mudah mengkafirkan orang Islam lain. Mereka gagal dalam moderasi pemikiran. Ada juga kelompok yang kebablasan dalam amaliyah. Semua agama sama dengan terlalu memudahkan.

Negara Indonesia bukan Negara Islam hanya dia meyoritasnya muslim. Kita tidak berhukum dengan hukum Islam dan disamping itu Pancasila tidak bertentangan dengan agama Islam. Dalam perjuangan kemerdekaan kita melangkah bersama. Jangan keberagamaan kita merusak keberagaman.

Dalam menjalankan agama harus sabar dan jangan emosi. Misalnya dengan menyalahkan orang lain di tempat lain. Suatu ketika Sayyidna Ali Ra mau membunuh orang kafir dalam jihad lalu dia tidak jadi membunuh si kafir karena dia meludah sayyidina Ali. Ali Ra takut matinya si kafir karena emosinya bukan karena dalam rangka jihad.

Ahlusunnah wal jamaah adalah kelompok moderat di antara Jabbariyah dan Qadariyah. Kita beragama sesuai teks dan konteks. Kadang terjadi kesalahpahaman dalam memahami moderat.  Kadang moderat dianggap liberal karena menyepelekan agama. Padahal moderat tidak sedikitpun memuudahkan atau menyepelekan agama.

Jadi sebenarnya yang mengatakan moderat ini liberal karena mereka belum tahu apa subtansi moderat. Maka jangan alergi dengan nama. Saidina Umar Ra pernah ketika berhadapan dengan kafir dzimi yang tidak mau bayar jizyah tetapi mereka mau bayar sedekah. Umar Ra menerima sedekah mereka. Ini adalah contoh supaya kita melihat subtansi.

Toleransi adalah kita mengalah untuk tujuan yang lebih besar. Rasulullah dalam fathul makkah ada MoU muslim dan kafir. Tertulis di sana Bismillahirrahmanirahim dengan Nama Allah dan Muhammad Rasulullah. Orang kafir protes karena mereka tidak mengakui Muhammad sebagai rasul. Maka kalimat itupun di hapus.

Rasulullah bertoleransi ketika itu. Selama tidak  mengganggu  akidah dan syariat silahakkan bertoleransi. Namun jangan karena prisnip kemanusiaan kita melupakan nilai akidah. Akidah yang pertama! Beragama tidak mencari baik pada atau menurut pandangan orang kafir tetapi yang kita beragama bagaimana yang baik menurut syariat.

Toleransi dan moderasi adalah hal yang bisa terdapat titik temu. Kedua ini bukan tabayun kulli tetapi tabayun juz’i. Moderasi bukan toleransi dan toleransi kadang-kadang dikandung moderasi. Prinsip moderasi adalah harus banyak pengetahuan. Untuk toleransi hal yang beda jangan disamakan untuk hal yang sama dalam dibedakan.

Disarikan dari MUDI Podcast bersama Tgk Mazani Abdullah M. Ag (Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Alumni Mahad Aly Sitobondo)