Jejak Intelektual sang qadhi : mengapa Syaikh zakariya al – ansari lebih memilih mensyarah dan meringkas daripada menulis karya orisinil?
By Alkhwarizmi Azmi 6F.
Tradisi keilmuan islam memiliki karakter yang khas, yaitu bersambungnya sanad keilmuan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalam rangka menjaga kesinambungan ini, para ulama tidak hanya menulis karya orisinil, akan tetapi juga melakukan syarah(penjelasan), tahqiq(verifikasi), dan ikhtisar ( ringkasan ) atas karya pendahulunya.
Salah satu tokoh yang menonjol dalam pendekatan ini adalah syeikh zakariya al-anshari (W. 926 H).
Seorang ulama besar dari mazhab syafi’I yang hidup pada abad ke – 9 H.
Dalam Khazanah keilmuan islam nama syeikh imam zakariya al - anshari begitu harum dan melegenda.
Beliau dikenal sebagai syaikhul islam di zamannya, seorang ahli fiqh, Ushul, tafsir, hadits, bahkan ilmu kedokteran. Namun, satu hal yang menarik adalah bahwa beliau lebih banyak menulis syarahan dan mukhtasar atas karya ulama – ulama sebelumnya ketimbang menciptakan karya orisinalnya sendiri.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa ulama sekaliber beliau mengambil pendekatan ini ? apakah itu bentuk keterbatasan beliau atau justru bagian dari metode ilmiah yang terstruktur.
Untuk menjawab hal tersebut alangkah baiknya kita mengenal lebih dekat sosok beliau dulu.
A. Biografi singkat
Nama lengkap bilau adalah zakariya bin muhammad bin ahmad al-anshari. Lahir pada tahun 823 H (1420 M) disebuah desa bernama sunaika, Mesir.
Meski demikian kecerdasan dan semangatnya sudah tamapak sejak kecil. Ia merantau ke kairo untuk menimba ilmu di Al – Azhar pusat keilmuan islam pada masanya.
Diantara gurunya yang paling berpengaruh adalah al-jalal Al- Mahalli dan Syaikh ibnu hajar Al-Asqalani. Syikh zakariya dikenal sebagai sosok yang tawadhu’ tekun dan zuhud. Beliau wafat dalam usia yang sangat lanjut, yaitu 103 tahun pada tahun 926 H ( 1520 M ).
B. Posisi dan otoritas ilmiah
Diantara pencapaian pentingnya, beliau pernah diangkat sebagai qadhi al – qudhat ( Ketua Mahkamah Agung Mesir) sebuah jabatan tertinggi dalam sistem peradilan islam di masanya.
Ulama -Ulama besar setelahnya seperti ibnu hajar al-haitami, Imam Ramli bahkan mengakui kedalaman ilmu dan keluasan pemahaman – pemahaman beliau.
Murid – muridnya menyebarkan ilmunya ke berbagai penjuru dunia islam, menjadikannya sebagai penghubung penting dalam sanad keilmuan islam, khususnya, mazhab syafi’i.
C.Karya – karyanya
Meskipun dikenal lebih banyak menulis syarah dan mukhtasar, karya – karya beliau memiliki bobot ilmiah yang penting tinggi dan menjadi rujukan utama hingga kini, beberapa karya penting syaikh zakariya al-anshari anatra lain :
1. Asnal Mathalib fi syarh raudh ath-thalib
Syarah dan ringkasan atas raudahtuth thalibin karya imam an-nawawi.
2. fathul wahab bi syarhi manhajut
Syarah dari manhaj thullab karya beliau sendiri merupakan ringkasan dari minhajuttalibin karya imam an-nawawi.
3. lubbul ushul dan ghayah wushul yang merupakan syarah terhadap lubbul ushul yang beliau rungkas dari kitab jam’ul jawami’. Karya imam tajuddin assubki.
Beliau merupakan salah satu ulama terakhir yang menguasai semua jenis disiplin ilmu dengan sangat dalam.
Lantas apa alasan utama syaikh zaakriyya lebih memilih mensyarah dan meringkas karya ulama dahulu dan bagaimana pendekatan beliau terhadap melakukan syarah dan ikhtisar tersebut serta apa pengaruh metode ini terhadap tradisi keilmuan islam khusunya dalam mazhab asy-syafi’i.
Metode penulisan syarah
1. Tujuan penulisan syarah
Mempermudah pemahan terhadap teks aslinya yang sering padat dan ringkas.
Meluruskan kesalahpahaman terhadap istilah atau maksud penulis sebelumnya.
Menyempurnakan uraian dengan menyertakan dalil, qaedah fiqih dan perbandingan pendapat.
2. Struktur syarah.
Pengutipan nash asli dari kitab yang disyarah.
Penjelasan terminologi dan tata bahasa jika diperlukan.
Pengembangan makna dengan membandingkan pendapat ulama lain.
Penguatan terhadap naqli dan aqli.
Sikap tarjih jika perbedaan pendapat , biasanya berdasarkan kesesuaian dengan maqasid syariah.
Metode penulisan Mukhtashar
Metode ikhtishar dilakukan untuk:
Meringkas teks asli yang panjang agar lebih mudah dihafal
Menyusun kembali isi kitab dengan sistematika yang lebih sederhana
Menghilangkan bagian-bagian yang dianggap berulang-ulang atau taidak terlalu penting
Memberi rujukan awal kepada pelajar sebelum mengkaji syarah yang lebih mendalam
D. Alasan dan Implikasi pendekatan ilmiah Syaikh Zakariyya Al- Anshari
Alasan pemilihan metode syarah dan mukhtasar
Konteks sejarah dan tradisi ilmiah pada masa ituSyaikh Zakariyya hidup pada awal ke 9 H, tradisi keilmuan islam sudah sangat maju dengan banyak karya-karya monumenta.
Beliau hidup di masa karaya-karya imam Nawawi dan ulama lain sudah menjadi rujukan utama.
Menulis syarah dan mukhtasar merupakan bentuk pengabdian ilmiah-ilmiah dan penghormatan terhadap sanad keilmuan, sekaligus upaya untuk memastiakn kejelasan dan pemahaman yang benar tehadap teks aslinya.
fokus pada pengajaran dan pensebaran ilmu.Kematangan intelektual dan kearifan ilmiah
Walaupun hanya syarah atau mukhtashar. Karya-karyanya banyak yang menjadi rujukan. Misalnya kitab Asnal Mathalib Syarah Rawdh At-thalib yang menjadi rujukan dalam fiqh syafiyah. Ini menunjukkan bahwa mensyarahi buakanlah pekerjaan orang biasa. Tapi membutuhkan penguasan menyeluruh, ketelitian yang luar biasa dan beliau membuktiakn salah satu bentuk kecerdasan tertinggi.
E. Impilkasi pendekatan Syaikh Zakariyya
Pemeliharan warisan keilmuan dalam tradisi ilmiah islam
Kontibusi seorang ulama tidak selalu diukur dari seberapa banyak karya yang ditulis, melainkan seberapa seberapa besar manfaat bagi umat menyusun syarah dan mukhtashar adalah bagian dari kodifikasi dan verivikasi ilmu agar tetap hidup dan bisa dipahami lintas generasi.
Penguatan tradisi sanad keilmuan
dalam dunia akademi modern, organisasi sering dianggap segalanya, dalam tradisi ulama klasik keikhlasan dan adab ilmiah lebih diutamakan. Beliau ingin memastikan ilmu yang diwariskan tetap bersambung, dipahami dan diamalkan oleh generasi setelahnya dengan tetap bersambung sanadnya sebagaimana kata imam ibnul mubarak
الاسناد من الدين لولا الاسناد لقال من شاء ما شاء
Artinya: "Sanad adalah bagin dari agama, jikalau bukan karena ada sanad maka orang akan berbicara sesukanya."
Beliau sadar bahwa tugas ulama bukan sekadar menciptakan yang baru, tetapi juga menjaga kesinambungan sanad keilmuan.
Memudahkan akses ilmu bagi pelajar. Banyak karya ulama terdahulu sulit diakses secara pemahaman karena padat, ringkas, atau penuh dengan istilah teknis.Penutup
Syaikh Zakariya adalah contoh nyata bahwa keilmuan tidak melulu soal orisinalitas, tetapi juga soal keberlanjutan dan kebermanfaatan ilmu. Karya-karya beliau menjadi jembatan penghubung yang memudahkan umat dalam memahami ajaran Islam dengan lebih baik. Semoga kita bisa mengikuti jejak beliau dalam bertafaqquh fiddin, karena nabi Muhammad SAW pernah bersabda
من يريد الله به خيرا يفقّهه في الدين
Artinya: Siapa saja yang Allah kehendaki kebaikan padanya maka Allah akan jadikan dia paham dalam agama.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang yang disabdakan nabi tersebut. Amin ya rabbal ‘alamin.