Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjuangan K.H. Hasyim asy’asri



Masa kecil penuh kesederhanaan


K.H. hasyim asy’ari lahir pada 14 februari 1871 di jombang, jawa timur.


Dari keluarga Kyai sederhana, sejak kecil beliau hidup di lingkungan pesantren.


Hiudp beliau tidaklah mewah, bahkan serba terbatas.


Tetapi di balik keterbetasan itu, tumbuh semangat belajar yang sangat besar.


Anak kecil pada masa itu harus terbiasa dengan kesederhanaan: tidur di lantai beralas tikar, makan seadanya, dan belajar dengan lampu minyak yang temaram.


Namun semua itu tidak menyurutkan semangta hasyim kecil. Beliau tumbuh menjadi anak yang tekun, rajin, dan haus akan ilmu.


Perjuangan Mondok dari satu pesantren ke pesantren lain


Sejak usia belasan tahubn, hasyim muda sudah mondok dibanyak pesantren.


Ia pernah belajar di pesantren langitan tuban, lalu ke pesantren bangkalan madura.

 

Perjalanan mondok pada zaman itu tidak mudah.


Transportasi masih sederhana, jarak jauh ditempuh dengan jalan kaki atau kendaraan seadanya, dan harus tinggal jauh dari keluarga.


Kadang belia harus berpindah-pindah pesantren, membawa barang seadanya, dan beradaptasi dengan lingkungan baru.


Tantangan lainnya adalah kehidupan snatri yang serba terbatas: tidur beralasan tikar, tidur berdesakan diasrama, makan bersama dengan menu seadanya (nasi dan sayur ala kadarnya), hingga jadwal belajar yang padat dari pagi hingga malam.


Tetapi beliau tetap sabar, karena yakin bahwa semua pengorbanan itu akan mendatangkan ilmu yang bermanfaat.


Perjalan berat ke makkah


Pada usia 21 tahun. K.H Hasyim Asy’ari memutuskan berangkat ke makkah untuk melanjutkan belajar.


Keputusan ini bukan hal kecil, karena berangkat ke tanah suci pada masa itu membutuhkan keberanian luar biasa.


Bayangkan,  perjalanan ke makkah harus ditempuh dengan kapal laut selama berbulan-bulan.


Perjalan penuh dengan risiko: badai laut, penyakit, keterbatasan makanan, hingga ancaman perampok.


Namun, semangt mencari ilmu membuat beliau berani meninggalkan tanah air dan keluarga.


Setibanya di makkah, baliau tidak langsung hidup nyaman. Justru tantangan lebih berat menanti:


·        Harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.


·        Hidup sangat sederhana, sering makan seadanya.


·        Kadang harus menahan lapar karena biaya hidup terbatas.


·        Belajar dari pagi hingga larut malam tanpa lelah


Tantangan setelah pulang ke indonesia


Setelah bertahun-tahun menimba ilmu di makkah, K.H Hasyim Asy’ari pulang ke indonesi.


Beliau mendirikan pesantren Tebuireng pada tahun 1899 di Jombang. Namun, perjuanganya tidak berhenti disitu.


Awalnya, banyak masyarakat sekitar yang meragukan beliau.


Bahkan, pesantren Tebuireng sempat ditentang oleh kelompok-kelompok yang tidak senang dengan keberadaan pesantren.


Tetapi K.H Hasyim Asy’ari tidak menyerah.


Dengan kesabaran, beliau terus mengajar santri, memperbaiki metode pendiddikan, dan membangun pesantren dengan pondasi kuat.


Selain mengajar, beliau juga menghadapi tantangan besar dari penjajahan belanda dan jepang pada masa itu, pesantern sering kali diawasi, bahkan para kiai sering dicurigai.


K.H Hasyim Asy’ari sendri pernah ditangkap oleh tentara jepang karena menolak memberi penghormatan ( seikeirei ) kepada kaisar jepang.


Beliau dipenjara , mengalami penderitaan, tetapi tidak goyah sedikitpun dalam mempertahankan prinsip agama.


Puncak perjuangan : resolusi jihad


Tantangan terbesar datang setelah indonesia memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945.


belanda ingin kembali menjajah.


Dalam kondisi itu, K.H. Hasyim Asy’ari memimpin para ulama dan mengeluarkan resolusi jihad pada 22 oktober 1945.


Resolusi ini berisi seruan bahwa membela tanah air ini melawan penjajah adalah sebuah kewajiban agama.


Seruan ini membakar semangat rakyat terutama santri, untuk berjuang melawan penjajah.


Dari sinilah lahir pertempuran besar di Surabaya 10 November 1945, yang kemudian dikenang sebagai hari pahlawan.


Bayangkan seorang kyai pesantren yang awalnya hanya fokus mengajar santri, akhirnya menjadi tokoh besar yang perannya menentukan nasib bangsa, semua itu karena ilmu, kesabaran dan keikhlasan beliau.


Pesan untuk santri masa kini


Wahai santri jika K.H. Hasyim mampu bertahan dengan kesederhanaan, menghadapi tantangan besar, dan tetap istiqamah menuntut ilmu hingga menjadi ulama besar, maka kalianpun bisa.


Betah didayah memang tidaklah mudah.


Ada rasa bosan , ada rindu keluarga, ada lelah dalam belajar.


Tetapi ingatlah dari kesabaran itulah lahir kekuatan.


Seperti K.H. Hasyim asy’ari, kesabaran di dayah akan menjadikanmu manusia bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.


Lelahmu di dayah hari ini adalah bekal menuju perjuanagn masa depan. Bbersabarlah, karena allah sedang mempersiapkanmu menjadi cahaya untuk umat. Sebagaimana K.H.Hasyim Asy’ari menerangi indonesia “