Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PILIHAN ORANG TUA ADALAH YANG TERBAIK



Ini kisah nyata, semuanya berawal dari pada seorang siswa yang baru saja menamatkan pendidikan setara SMA di sebuah Pesantren Terpadu 4 tahun silam. Dia berencana untuk meneruskan pendidikannya di Timur Tengah. Pilihannya ada dua, ke Al-Azhar Mesir atau ke Al-Ahgaf Yaman. Tetapi yang paling mengena di hatinya adalah ke Yaman yang merupakan negeri seribu Wali. Ia ingin setara dengan teman-teman seangkatannya di sekolah yang mayoritas melanjutkan pendidikannya di luar Aceh.
Setelah mendaftarkan dirinya secara Online di dua kampus tersebut. Seleksinya dimulai sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dia belum mengabarkan kepada kedua orang tuanya hingga setelah tes tingkat Kabupaten selesai dan dia dinyatakan lewat untuk melanjutkan tes akhir tingkat Nasional, dia baru berterus terang kepada kedua orang tuanya. Apa yang didapat? Kedua Orang tuanya tidak setuju terutama Ibunya. Mereka berdua merasa keberatan melepas anaknya yang terhitung masih labil untuk melanjutkan pendidikan di luar. Dia tak putus harapan, kemudian terus mendesak orang tuanya untuk mengizinkannya. Hingga Orang tuanya berkata “Ilmu agama di Aceh dengan di luar sama. Tuhan yang mereka sembah dengan yang kita sembah sama yaitu Allah. Kamu masih belum matang untuk menuju ke sana. Sempurnakan ilmu agamamu dulu di Aceh baru kami izinkan untuk belajar di luar”
Apa hendak dikata? Ia merasa hampa. Tak mampu menggoyahkan hati orang tuanya yang kokoh. Setelah bulan Ramadhan terlewati ia masih menganggur. Hingga orang tuanya berkata dengan tegas “Kami sekarang masih peduli denganmu! Sekarang pilih salah satu Dayah untuk kamu mondok ke depan” Baca Juga : kehebatan tawakkal
Tanpa sengaja ia mengucapkan salah satu  Dayah Salafi, padahal itu bukan dari dalam lubuk hatinya. Tapi ia telah terlanjur mengatakannya “Ya sudah. Besok kita mendaftarkanmu” begitulah respon ayahnya. Nasib. Ia makin gelisah karena terlalu ceroboh untuk menjawab terlalu cepat akibat dikungkung emosi. Tak ada pilihan lain, ia terpaksa untuk backpacking untuk bersiap-siap pergi mendaftar.
Teman-temannya sangat menyayangkan nasibnya, ada yang turut prihatin bahkan memberi semangat supaya semangat untuk mondok kembali. Tak ada pilihan lain dia pun bertekad untuk mondok kembali setelah  merasakan pondok Pesantren  Terpadu 6 tahun.
Tahun berlalu hingga sejak tulisan ini dimuat, dia telah duduk di kelas 5 setelah melewati pahit getir perjuangan di Dayah. Saat penulis menanyakan apa alasan sehingga dia masih betah mondok jawabannya sederhana “pilihan yang terbaik dari orang tua tak pernah sia-sia”.
Saat ditanya apakah dia ada berencana untuk melanjutkan pendidikannya di Timur Tengah dia menjawab “Untuk sementara fokus ngaji dan tamat S1 dulu di pondok ini. Impian untuk ke Timur Tengah tetap ada. Masalah kapan tercapainya kita serahkan semuanya kepada Allah saja”

Begitulah kehidupan, sejauh apapun kita melangkah jangan lupa minta persetujuan orang tua untuk hal yang terbaik. Mereka lebih dulu merasakan asam garam dunia, jadi mereka lebih mengetahui mana yang lebih baik untuk dicicipi. Akhir kata, penulis teringat Firman Allah dalam Surah Al Baqarah  Ayat 216   :
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,"