Pundi-pundi mahabbah dalam Naunggan suci
Desahan ombak riuhkan suasana pantai hamparan pasir putih lambangkan ketenangan jiwa tiupan angin damaikan hati seraya sejukan jasmani ,susunan perahu tertata rapi, ketika suara mesin mulai menggema pertanda bahwa nelayan lalu-lalang dalam menggapai kebutuhan nafkah bagi segenap family,
Mentari senja mulai menampakan keindahan
diufuk barat sebagai pertanda dia akan menghabiskan harinya yang mungkin tak
akan berulang di lain waktu.
Tepat dipinggir pantai menungan seorang pemuda tak juga lekas dalam
menghabiskan detik2 terakhir dikampung
halamannya .semua seakan terpecah bagaikan ombak di tepi pantai ,disaat
mendengar seruan sang kakak
“hafid” ayokita pulang mangrib hampir tiba ni
‘ sang kakak yang begitu berharga dimata
nya, orangtua hafid yang telah kembali
kepada sang khalid, disaat usianya masih senja dan ketika dunia hampa baginya.
Hanya selembar foto yang menjadi tempat pelampiasan di saat rindu tak dapat
lagi dibendung dalam rintihan kasih sang bunda dan ayah tercinta.
.
“ hafid kira2 mau lamar kerja dimana kalau
belum ada mas kiram bisa bantu cari
lowongan kerja.”ujar sang kakak...
“iya....hafid mas ada beberapa kawan yg kerja di kantor dinas syariah siapa
tau disitu Allah menyediakan rezeki untuk kamu”
hafid hanya terdiam sesaat menanggapi pertanyaan dari sang kakak.
“hafid masih belum berkeinginan untuk bekerja ,hafid masih ingin
mengabdi dulu dimana hafid menimba ilmu dulu.”
“bagi kakak tidak masalah tapi kamu juga
harus mempersiapkan untuk masa depan
kamu diusia kamu yang sekarang ini”
Hafid mulai mengetahui arah pembiraan sang
kakak.
Sang kakak hanya terdiam dan menuruti kemauan
adiknya tersayang.
-------------**--------**---------------
Gerimis tak lekas dipenghujung
senja, barisan putih berjumah telah bersedia
untuk menghayunkan langkah dalam bersatu rampu pada suatu tempat dimana para umat bermunajah
bersimpuh doa dgn sang khalik, malam yg penuh berkah hamparan selawat
dikumandangkan pada malam saidul ayyam (penghulu dari segala malam).
Setibanya di pesantren kaki terus melangkah , mata tak luput memandang
akan situasi yg amat di rindukan. 2 bulan setelah Wisuda dan juga melepaskan masa santrinya mencoba sejenak untuk menghirup
udara luar pesantren setelah 8 tahun menanti akan kebebasan. Akan tetapi rasa
rindu ingin lagi bernaung dalam naungan kebun surga tak lekang dari lubuk
sanubari .
Seketika tiba di hadapan pintu asrama
kembalinya hafid di sambut riang oleh sahipqaripnya Mereka semua menanti buah
tangan dari hafid.
Tak
terasa hari dan bulan berlalu begitu cepat , proses belajar mengajar dalam mencari bekal pada hari yang akan
datang yaitu (yaumil akhir ) dengan kehendak ilahi semuanya berjalan dgn sempurna, menjadi guru
kelas adalah impian setiap para dewan guru, semata2 karena mengharap sepucuk ridha dari Ilahi .
Pucuk dicinta ulam pun tiba, salah seorang
guru yang tinggal hitung harinya saja akan melaksanakan aqad nikah dan
dia sedang mencari guru pengganti untuk mengantikan posisi nya di kelas
sebagai wali kelas, namun sungguh amat beruntungnya para pengurus bagian
MUADALLAH memberitaukan bahwa Ustad hafid yang akan menjadi guru pengganti untuk kelas
tersebut, Dengan senang hati hafid menerima tawaran untuk menjadi guru kelas
sekalipun baru kelas putri.
Pagi yang cerah sembari cahaya
menampakan wujudnya, getaran hati menerima amanah yang di pikul hafid, itu bukanlah biasa baginya langkah demi langkah
kaki menuju ke kelas belajar, hari ini merupakan hari pertama baginya. Detak jantuk bak ombak
menggelombang ,tetesan keringat
membasahi dahinya rasa gugup
terasa saat menempati sajadah yg dihamparkan di depan satir yang berwarna merah
jambu.
Beberapa saat terdiam membisu tanpa kata,
sampai akhirnya terdengar suara dari belakang satir “ ustad absennya ada di
dekat meja ,harap ustad mengapsennya terlebih dahulu,”Satu persatu nama di seru
sembari dengan jawaban hadir “ maaf ustad !!! akan kondisi guru lama nya,.
“apa kalian tidak tau bahwa beberapa hari yg
akan datang ustad khairul akan
melangsungkan akad nikah di kampung halamannya, dan beliau telah menyerahkan
hak mengajar kelas ini untuk saya, dan beliau tidak akan menetap lagi di
pesantren,” mereka semua terdiam saat
mendengar berita tentang gurunya dan mereka seakan tak percaya bahwa guru nya
sudah tak menetap lagi di pesantren, dan mereka sempat bertanya2 akan resepsi
gurunya, namun hafid menyikapi dengan bijak akan anggapan mereka.
Waktu
terus berlalu alur pun terus berlaju proses belajar mengajarpun berjalan dengan sempurna, para murib2 barunya mulai bisa beradabtasi dgn hafid,
kenyamanan mereka dapatkan dari sosok guru barunya yang selalu memperhatikan
mereka dalam setiap keluh dan kesah,tiada melilih kasih dalam mengayaumi para
murid2 nya.
Namun
diantara murid2nya ada seorang santriwati
yg membuat hatinya terdesah dalam balutan rasa kagum dgn kecerdasan dan
kesantunan, membuat hafid mengundang tanda tanya dalam riuhan batin hafid,
sekalipun belum bertatap muka dgn nya,
lebih2 lagi rasa kagum mulai menggema dalam sanubari Ketika hafid tau
bahwa muridnya itu sudah mengkhatam 30 juz Al quran dan menyandang gelar hafizah.
Malam mulai berpacu dalam keindahan purrnama sinar siroja menghiasi
cakrawala
gulita, setelah beberapa jam berlabuh dalam
keindahan alam mimpi, segera menghayunkan langkah untuk menggapai tetesan suci
agar terunai 2 rakaat sunnah tahjud
sembari munajahnya kepada sang Ilahi,
dalam rangkaian doa hafid memohon petunjuk kepada sang Ilahi, atas apa hajatan dan permintaan sang kakak ,
kalau memang sudah layak baginya dalam membina tanggung jawab dalam bahtera
rumah tangga, sudi kiranya agar segera Allah menunjukan siapa yang pantas
menjadi penyandang hati berkasih dalam kehidupan yang akan datang., kemudian Al-quran yg
menjadi pelipur lara dalam keheningan malam, sehingga tanpa sadar mata terlelap
saat berlabuh dalam samudra ayat2 suci
hingga kumandangan azan dalam fajar pun menjemput.
Dalam keadaan tubuh bersandar 2 tangan
tertadah pada satu kitap yg selalu di kaji , agar mudah baginya dalam
memaparkan penjelasan pada saat mengajar , tiba2 hati mulai di kagetkan dgn suara handphone yang berdering ,dan nama
sang kakak yang hadir di hadapan layar ,dengan segera hafid menjawab panggilan
dari sag kakak , dgn sedikit sapaan
hafid mengawali percakapan, tiba2 rasa panik menerpa sanubari hafid dalam kebingungan hafid lama terdiam saat
mendengar informasi dari sang kakak , hafidtdk menyangka secepat ini Allah SWT.
Mengijabahkan doa nya, tanpa di duga bahwa hafid telah dijodohkan dgn seorng
perempuan anak dari sahabat abang iparnya,
dgn itu membuat hati hafid tertegun kesepakatan ini terjadi
diluarpengetahuan hafid.
Namun hafid hanya bertawaqal
kepada Allah SWT. Dan meyakin dan bahwa
ini adalah adalah skenario Allah yg
terbaik baginya. Walau qasad mata tidak indah pandangan pada manusia, namun pada ketika itu hafid diberi amanah oleh sang kakak agar
segera pulang supaya bisa terjalin acara ta’arufan, akan tetapi hafid menjawab” kalau memang saya
adalah pilihan dalam istiqarahnya saya bersedia atas nama Allah bila hubungan
ini di percepatkan tanpa harus ada acara ta’arufan dan masalah waktu dan tempat saya saya
serahkan kepada kakak saja,,”
----------------@@-----------------------------@@------------------
Hati hafid tergores rasa kasihan terhadap muridnya yang baru paruh tahun
bisa mengajar “harus ia serahkan hak didik kepada ustad yang lain, hafid
bermagsud menceritakan terlebih dahulu
kepada murid2nya seelum acaranya berlangsung .
Pagi yang paruh mendung dibaluti awan hitam seakan menjadi tanda akan
jatuhnya butiran rahmat dari hamparan langit.
Ayunan langkah terus menghampiri kelas
belajar. Seketika hafid tiba dan berkeinginan menyandarkan tubuhnya, terdengar bisingan dari belakang satir, seakan2 ada berita yang tersimpan,
dengan penuh penasaran hafid memberanikan dirinya untuk bertanya.
“kedengeranya ada berita penting yang ingin
disamapaikan.???
“ ni.,,, ustad salah satu diantara kami ada
mau “get merried” ,,, salah satu diantara mereka mengeluarkan suara, dan dengan
serentak semua ikut tertawa..,,..
Kemudian hafid pun bertanya
dengan penuh penasaran, tiba2 salah seorang saatriwati menghampiri satir dengan dekat .” saya ustad
, Aida melisa ingin memohon izin beserta doa restu, hari ini orang tua akan
menjemput kepulanagan saya kekampung
halaman,..
Tiba2
hati hafid tersentak saat mendengar suara itu , hafid tak menyangka bahwa itu
adalah santriwati membuatnya kagum selama ini , entah kenapa hati hafid merasa
berat untuk menuturkan kata “Ya” , hafid
tak mengerti tentang perasaannya apakah
selama ini hafid telah menyimpan perasaan terhadap muridnya sendiri , tapi
semuanya terkikir oleh khabaran Sang kakak , pada ketika itu juga hafid
menceritakan kepada muridnya bahwa dirinya juga tak lama lagi akan kembali ke
kampung halaman dengan tujuan meneruskan akad suci dan taqarrubi kepada Ilahi.
Baca juga : Rapuh
hari yang di tunggu2 menghampiri jua, aqad nikah akan berlangsung di
mesjid agung kota besar , dalam hati kecilnya terbisik” sungguh aneh pernikahan
aku ini, jangankan mengenal calon pasangan namanya aja belom tau, tapi aku
yakin ini lah yang terindah dari Allah SWT.
Semua
perlengkapan sudah di siapkan , acarapun akan segera di mulai dengan hadirnya
penghulu dan wali dan beberapa saksi ,namun sempat terlintas dalam benak hafid
sebelum berlangsungnya pernikahan”seandainya saja Abi dan umi masih berada di pangkuanku saat ini betapa
bangganya mereka bisa melihat putranya melangsungkan aqad nikah”
Setetes air bening mengalir diatas rona
wajah, disaat terlintas wajah kedua orangtuanya “ seketika sang wali mulai berjabat tangan untuk melaksanakan ijab
qabul , sang kakak yang setia selalu menemaninya juga tersipu dalam keharuan
hingga meneteskan air mata , haru dibaluti bahagia juga dirasakan kakak , rasa
bangga terhadap sang adik yang bisa menempuh pahitnya masa2 kecil dan remaja
hingga ke jenjang pernikahan.
Terdengar dari lisan wali sekaligus calon
merutua bagi hafid, yg mulai melaksanakan ijab.
“ saya nikahkan anak saya Aida melisa binti
abdurrahman dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.”
Dan kemudian hafid memulai lantunan lafat
qabul dgn hati yangmenggelora tetesan keringat mulai muncul di dahinya.” Saya
terima nikahnya Aida melisa binti abbdurrahman dengan seperangkat alat salat
dibayar tunai “
Dgn
serentak para hadirin majelis pernikahan menjawab pertanyaan penghulu dgn kata2
“sah....sah,,,,” dengan rasa bahagia
semua beban seakan lekas dari pikulannya,
akhir acara ditutupi dgn doa yang dipimpin oleh hafid sendiri doa yang
dilantukan olehnya sangat menyentuh hati para hadirin, dengan suara yang
menyejukan hati, dan makna yang mendalam bagi renungan rohani.
Hati
nya hafid masih bimbang dan penasaran siapa gerangan pemilik hatinya sekarang,
hanya nama masih melekat dalam
benaknya, namun sempat terpikir nama
sang pemilik hatinya sekarang sama dengan nama muridnya “ dalam hati kecil terdesah apakah mungkin dia,,,, ah tidak
mungkin itu hanya nama banyak orang yang memiliki nama yang sama di bumi ini.
Akhirnya tiba ketika keduanya dipertemukan
,rasa tak sabar dan malu kini sudah
bersatu ,bertabur dalam keindahan pandangan pertama , tanpa rasa takut akan
larangan syariat, dengan tubuh yang menggetar
hafid meminta izin untuk membuka niqabnya.
Maha syukur bagi Ilahi, dengan pesona
kecantikan dan kesantunan bagaikan bidadari kayangan dan sosok wanita yang di
kagumi , kini wujud di hadapan matanya dgn jalan yang sangat di cintai oleh
Allah SWT.
Tiada sedikitpun sangkaan muridnya kini telah menjadi pemilik
hatinya, rasa syukur hafid panjatkan
bahwa hatinya tak pernah berbimbang dalam gelora cinta selain hanya
untuk bidadari pemilik hidupnya.
Keduanya merasakan kebahagian yang sempurna ,
karena sudah berpadu satu kasih ,
Sang bidadarinya juga mengakui bahwa hati nya
sudah mulai terpikat saat pertama kali melihat hafid mengajar di kelas, rindu
yang tak terbendung hingga terbawa dalam munajat kepada sang ilahi, dan di saat
mendengar perjodohan pertama kali hati aida sempat merasa sangat sedih tiada
sanggub menghilangkan rasa yang sudah lanjur tertanam, namun tiada kuasa
melawan kehendak orang tua.
Namun
ketika aida tau bahwa calon suami nya adalah guru nya dan juga imam idaman hati
nya , tiada kuasa membendung air sembari
sujud syukur di panjatkan kepada sang
Rabbi, yang telah menjawab keluh cinta hatinya,,
Malam pertama yang membahagiakan
magrib pun tiba mereka sama2 berjamaah hafid pun menjalan kan tugasnya
sebagai imam, dan aida pun ikut sebagai makmum baru dalam hidup hafid,
THE END