Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

nestapa 7 (tujuh)

 




 Gerimis menerpa halaman gunjara dedaunan membasahi daratan menyela butiran debu yang berterbangan , cemara  mulai menadah di atas sarangnya , riuhan angin laut sibakkan satir yang menghalangi pandangan kehijauan 


lamunan demi lamunan dibaluti resah dan gelisah , cahaya petir `menyambar tak dapat menghilangkan gemingan  hayalan dalam merajut  kegundahan . 


“ wah gak sabar ni pengen cepat -cepat merasakan terlepasnya dari segala keterikatan dalam menjalankan segala peraturan super-duper ketat di mahad ini , dan bisa merasakan nikmatnya kebebasan bagaikan burung yang lepas dari sangkarnya bertemu dengan hijaunya angkasa” ujar abdul sembari meneguk secangkir kopi hangat dalam melawan sejuknya nuansa derasnya hujan.


“ iya benar abdul  padahal malam ini adalah puncak perjuangan selama tujuh tahun sudah berlalu , kampung inggris selalu menjadi topik pembahasan dan penantian kita selama ini bukan begitukan  raziq” .


   raziq masih terhanyut dalam lamunan tak terdengar sedikitpun ocehan dari sahibnya. seakan-akan tuturan dari umi telah membeku dalam benaknya tiada satu kata pun luput dari ingatannya. “ raziq umi dan abi sudah semakin larut dalam usia  dan semakin lemah untuk bisa menampung diri dari tuntutan nafkah , mungkin kami hanya sanggup berusaha membiayakan kamu hanya sampai 7 tahun saja  . dan mungkin terlalu sukar untuk bisa meneruskannya karena adik-adik kamu masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikan yang mendasar. 


obrolan sahib terabaikan dari pendengaran raziq, akhirnya lamunan terpecahkan oleh kejahilan seorang teman , dengan hentakan lemari yang begitu keras. “ raziq mikir apa sih serius amat ? sampai mata tak berkedip”   ujar rahmat dengan sikap jailnya. Raziq hanya bisa tersenyum guna untuk bisa menyembunyikan kegundahan yang mengusik ketenangan batinnya“  ngomong -ngomong acara pengumuman kelulusan  malam ini akan segera dilangsungkan berhubung hujannya pun sudah reda “ raziq mencoba mengalihkan topik pembicaraan agar dirinya tidak lagi terpojok oleh kawan-kawannya.


“Itu sudah pasti, Ziq.”

“Oya? Kamu belum jawab pertanyaan kami, kamu jadi gak ke kampung Inggris (Pare) setelah kemerdekaan status kita sebagai santri dikibarkan?” Raziq hanya tersenyum sembari berkata, “Pending dulu…”


Seluruh santri kelas 6 berkumpul demi melunaskan status santrinya dan menjemput gelar barunya. Raziq mendapat nilai terbaik antara seangkatannya. Tapi, tanda-tanda rindu muncul di wajahnya. Sekarang yang ada di pikirannya adalah lowongan pekerjaan, bukan lagi telaah dan belajar kitab lagi. Mungkin inilah terakhir kali aku bisa melihat canda tawa mereka. Baca Juga : Hikmah di balik perjuangan menuntut ilmu


Fajar baru saja menghamparkan jubah emasnya di atas permukaan bumi, menyematkan kancing keemasan ke tangan langit, menyingsingkan bintang-bintang dalam sekejap. Hanya Raziq yang masih betah bersemayam dalam satirnya, dengan lembaran-lembaran kuning terus terhempas melampaui batasannya. Mencoba memadukan antara pusat naluri yang melayang dalam alunan lisan berpacu dalam tulisan, namun Raziq tidak dapat memusatkan pikiran pada bacaannya. Walaupun rasa gelisah memenuhi benaknya, ia tetap memilih untuk tidak ikut dengan kawan-kawannya ngopi bareng di Cafe untuk merayakan kebebasannya. Raziq merasa bahwa setiap perasaan yang memenuhi pikirannya harus segera dituangkan dan menemukan jalan keluarnya. Dan hanya kepada gurunyalah ia mencurahkan segala kegelisahan, alunan langkah beradu dalam tasbih, guna menenangkan hati yang gundah. Ghurfah gurunya Ustadz Ramadhan, menjadi tujuan.

setiba nya di hadapan asrama sang guru, seruan salam dengan ketukan pintu keduanya dipadukan menjadi satu, 

raziq dengan penuh takzim mencoba menuangkan segala keluh kesah terhadap gurunya . dan ustaz ramadhan sebagai sang guru yang mempunyai rasa kasih sayang besar terhadap muridnya mencoba mendengar dengan seksama atas apa yang telah dituturkan oleh razieq,

dengan suara perlahan dan alunan nada yang rendah razieq mengutarakan niatnya bahwa dia akan meninggalkan mahad dan akan mencoba mencari peluang pekerjaan guna untuk mencukupi kebutuhan hidupnya , dan akan mencoba untuk merantau ke negeri seberang

  ustad tersenyum melihat razieq dengan wajah keseriusan dalam menuturkan hajata nya dengan penuh keyakinan. 

 “ apakah kamu sudah yakin dengan pilihan kamu sudahkah kamu memikirkannya dengan matang dan apa kamu sudah yakin bahwa tidak ada jalan keluar selain itu?” tanya ustadz ramadhan kepada razieq meski ustad ramadhan tahu bahwa itu bukanlah keinginan yang diinginkan razieq  kegigihan dan ketamakan nya  dalam menuntut ilmu menjadi gambaran bahwa dirinya sedang mengalami kondisi yang membuat buntu pemikirannya.

  razieq hanya bisa terdiam seribu bahasa.  “ dan sekarang razieq jawab pertanyaan dan saya? setelah 7 tahun kamu menempuh pendidikan apakah tuhan yang memberi rezeki untuk kita dengan tuhan yang sekarang apakah berbeda?, tidak bukan.. lalu apa penyebab nya sehingga membuat keraguan terselubuk dalam hatimu , dan mengapa kamu mengambil keputusan dengan dibaluti kebodohan, apakah kamu lupa  dengan janji-janji Allah dalam ayat suci al-quran  sebagaimana dalam surat hud ayat 6 Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”  

dan juga sebagaimana yang tersebut dalam surat al- baqarah “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at.”. 

 dan   satu lagi selama bertahun-tahun berlalu karena siapa kamu menuntut ilmu, jika karena orang tua ketika masalah ekonomi melandai dengan sebab itu kamu akan menyudahi menuntut ilmu agama,  apakah kamu tidak ingat dalam kitab yang dikarang imam al-ghazali dengan nama “ Ayuhal walad” .

 “ barang siapa yang mempunyai niat dalam menuntut ilmu selain Allah itu merupakan celaka yang besar yang sedang dilanda nya” 

tiada tutur kata yang keluar dari lisan razieq melainkan butiran bening yang melinangi rona pipinya.

 sebelum razieq memohon izin membalikkan langkah dari gurunya , ia mendapat satu tawaran dari gurunya “ ini adalah akun fanpage saya , dan saya tau kepiawaian kamu dalam menulis, dan kamu mencoba mengembangkan nya melalui fanspage ini. coba kamu curahkan keahlianmu dalam merubah kata menjadi permatai bagi siapa saja yang membacanya dan insya Allah dengan izin yang maha kuasa kamu bisa mendapatkan apa yang menjadi tuntunan mu selama ini, tanpa harus meninggalkan kiprahmu dalam menuntut ilmu.


   malam yang gersang berbalut dalam jubah hitam tanpa ditemani oleh bintang-bintang , disaat semua sahabat-sahabatnya terlelap dalam lautan alunan bunga tidur ,

naluri razieq masih terpaku dalam kebimbangan akan buah bibir dari tuntunan sang gurunya, dengan segera razieq bangkit dari tidurnya sembari menghancurkan segala lamunannya seraya berkata dalam hatinya “ sebagai murid mempunyai kewajiban untuk mematuhi gurunya” dengan gegas mengambil laptopnya berawal dari sebuah hadist , butir-butir kata mulai menghiasi halaman layar kaca monitor , kemudian memadukan ayat-ayat suci dengan rajutan tafsir yang menyempurnakan pemahaman bagi setiap pembaca dan menjadikan ranah motivasi. Baca juga : Tidak ada disisi sakaratul maut ibu


 hari demi hari berlalu tanpa ada sangkaan ketika razieq mencoba membuka fanspagenya dengan penuh rasa  kekaguman berandanya dipenuhi dengan puluhan ribuan follower.  kesempatan yang tidak boleh disia-siakan razieq terus mengembangkan halamannya. hingga dia berhasil mendapatkan tunjangan pertama dari aplikasi tersebut atas semua karyanya. 

tak pernah merasa puas dengan hasil karyanya razieq juga terjun dalam dunia menulis satu langkah lebih maju dalam mentransfer ilmu agama melalui penanya dengan mengarang  satu buku. dan tidak membutuhkan waktu lama bukunya laku brutal  di pasaran dan bukunya bisa meraih predikat best seller.

  dan sekarang razieq bisa merasakan dan memahami apa yang telah gurunya ajarkan kepadanya. ketika masalah ekonomi melanda bagi setiap individu meninggalkan menuntut ilmu bukan suatu jalan keluar  yang tepat. dan jangan pernah meragukan janji -janji Allah dalam ayat-ayatNya . Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan sebagaimana dalam pepatah “ jika kita menanam padi maka rumput akan tumbuh menyertai padi tapi jika menanam rumput maka akan mustahil padi tumbuh dengan sendirinya”  ini merupakan sebuah bentuk perbandingan  jika kita mengejar ridha ilahi maka kesenangan akan menyertai  namun bila kita mengejar kesenangan sudah pasti ridha ilahi tidak akan pernah bisa dicicipi.


 by Akha RDS