Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terlalu Takut Mati


Majalahumdah.com | Takut dan waspada hanya berkaitan dengan apa yang belum terjadi. Karena takut, orang menyiapkan bekal sebelum apa yang ditakutkan menjadi kenyataan, tetapi, sesuatu yang sudah pasti tidak perlu terlalu ditakuti. Tidak ada gunanya.

Tidak sedikit orang sholeh yang ketakutannya kepada Allah sangat tinggi, sehingga mereka memohon kepada Allah agar ketakutannya dikurangi. Sebab, bagi mereka, ketakutan itu bagaikan laksana cemeti yang apabila dicambukkan terus menerus akan menimbulkan kegelisahan.

Sufyan at-tsauri berkata kepada pemuda yang sedang duduk bersamanya. 

“apakah kamu ingin benar-benar takut kepada Allah?”

Pemuda itu menjawab:

“iya” lalu Sufyan at-tsauri melanjutkan.

“kamu bodoh! Jika kamu takut kepada Allah secara berlebihan seperti itu maka kamu tidak akan pernah mengerjakan perbuatan fardhu dan amalan yang lain”.

Baca juga:ridha suami surga bagi istri

Orang yang berakal tidak perlu mencemaskan dirinya secara berlebihan  hingga dirinya jatuh sakit. Sebab, bagaimanapun caranya sakit tak akan bisa ditolak dan pasti terjadi. Jika terus-terusan dicemaskan itu hanya akan menambah kepedihan.

Begitu pula jika berlebihan mencemaskan dan memikirkan soal kematian, yang nyata nyatanya tidak terelakkan. Cukuplah disadari bahwa kematian itu pasti terjadi, jika terlalu diwaspadai dan terlalu dibayangkan kepedihannya, maka yang ada dalam pikiran seseorang hanyalah kematian.

Cukuplah seseorang menyadari bahwa Allah SWT itu Maha Kuasa. Jika ia berkehendak, bisa saja dia meringankan kematiannya. Lagi pula bukanlah peristiwa setelah kematian lebih menakutkan lagi? Kematian hanyalah jembatan menuju tempat yang lebih abadi.

Kalaupun manusia diperintahkan untuk selalu ingat kematian itu maksudnya agar seseorang banyak berbuat amal kebaikan bukan untuk membayangkan atau mengumpamakannya.

Jika didalam hati seorang terlintas perasaan akan berat jika berpisah dengan dunia, maka ketahuilah bahwa dunia bukanlah negeri kebahagian  dan kalaupun seseorang bahagia di dunia.

Kebahagiaan tersebut hanya terjadi di saat seseorang lepas penderitaan. Tetapi, jika seseorang sedih dengan dunia karena banyak amal yang dilakukannya, itulah kesedihan yang terjadi pada orang-orang shaleh.

Saat kematian tiba dua hal pada saat itu menyatu dengan ketegangan sakaratul maut, juga kekhawatiran tidak bisa mempertanggungjawabkan hartanya.di ketika itu setan datang dengan berbagai cara menyusun.

Baca juga:cara untuk mengetahui apa yang palsu

Tipu dayanya agar orang itu marah dan kesal kepada tuhannya dan berkata “ lihatlah, apa yang dia berikan padamu. Bagaimana dia memperlakukanmu dan  menyakitimu! Sekarang dia memisahkanmu dari anakmu dan keluargamu, dengan berkata begitu.

Setan berharap ia akan kesal kepada Tuhannya dan tidak akan menerima ketetapannya. Begitu banyak bujukan lain yang dikemas dengan sebegitu rapinya oleh setan agar kelihatan baik dan terpuji.

Pada saat itulah manusia benar-benar membutuhkan pertolongan untuk melawan dan memerangi diri sendiri agar tidak selalu tersiksa oleh bayangan kematian. Seseorang mesti perlu mengingat bahwa apabila seseorang mengingat Allah di waktu sehat maka Allah juga akan menjaganya dikala sakit. Nabi Yunus a.s dibebaskan oleh Allah dari penderitaannya karena ia telah banyak berbuat amal kebaikan sebelumnya.

Baca juga:mengenal imam hasan al-basri dan konsep khauf dan raja`

Allah swt. Berfirman dalam Al-quran Q.S Al-shaffat (37) : 144. “ Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah , niscaya ia akan tetap akan tinggal dalam perut ikan itu sampai hari kebangkitan”.

Untuk mengobati penyakit ini, tanamkanlah dalam dirimu keberanian dan rasa percaya diri. Katakanlah “kematian hanyalah sebuah ruang waktu, semoga aku memperoleh ketenangan yang sempurna”. Sebagaimana sabda Nabi saw. “Tidak akan ada lagi penderitaan atas dirimu setelah ini” (H.R Ibnu Majah).

Kematian hendaklah ditakuti sebatas tidak merusak ketahanan fisik sehingga tidak menimbulkan penderitaan yang berlebihan. Namun, yang harus ditakuti justru kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu, perbanyaklah amalan kebaikan sehingga kita mendapat ridha-nya di dunia serta akhirat. Amin ya RabbaL Alamin.